3 Tips Sjafrie Sjamsoeddin Jika Ingin Pertahanan RI Lebih Tangguh
JAKARTA – Mantan Wakil Menteri Pertahanan RI Periode Presiden Sosilo Bambang Yudhoyono (SBY) Sjafrie Sjamsoeddin menilai bahwa memiliki pertahanan tangguh sebagai sebuah kebutuhan mendasar bagi seluruh negara di dunia ini. Menurut Sjafrie, kemampuan pertahanan adalah simbol kekuatan meraih cita-cita dan tujuan sebuah nation atau bangsa.
Sjafrie yang juga Letjen TNI (Purn) itu menjelaskan, efektifitas pertahanan negara ditentukan oleh kemampuan industri pertahanan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan alat utama sistem senjata (alutsista) secara mandiri.
“Oleh sebab itu, industri pertahanan perlu dibangun melalui revitalisasi industri pertahanan guna meningkatkan efektifitas pertahanan negara,” kata Sjfarie seperti dikutip dalam bukunya Komitmen dan Perubahan: Suatu Persepsi dan Perspektif seperti dikutip di web pribadinya www.sjafriesjamsoeddin.id.
Selain itu, kata Sjafrie, angkatan perang butuh peralatan tempur yang modern nan mandiri. Kemampuan angkatan perang dipengaruhi oleh kekuatan industri pertahanan yang mendukungnya.
“Kita dapat melihat, bahwa tidak ada satu negara pun yang tidak memperkuat angkatan perangnya, bahkan banyak negara yang memperkuat industri pertahanannya agar angkatan perangnya menjadi andal, karena kebutuhannya dipenuhi secara mandiri melalui industri pertahanan dalam negeri. Hal ini memosisikan industri pertahanan menjadi salah satu faktor determinan bagi kelangsungan sistem pertahanan negara,” paparnya.
Bagaimana angkatan perang yang handal? Baginya, angkatan perang yang andal dan pertahanan tangguh harus didukung dengan peralatan yang modern dan mandiri. Itu hanya bisa terwujud apabila didukung oleh industri pertahanan yang mampu memenuhi kebutuhan alutsista secara mandiri.
“Kita berharap, dalam waktu yang tidak terlalu lama, kita akan memiliki TNI yang sangat membanggakan, bukan hanya TNI yang profesional, melainkan juga TNI yang dipersenjatai dengan alutsista yang bisa diandalkan dan dipenuhi secara mandiri,” terang suami Etty Sudiyati ini.
“Membangun angkatan perang yang andal, harus pula dipersenjatai dengan alutsista modern yang dapat diandalkan. Kita harus memiliki minimum essential forces yang mempunyai mobilitas tinggi dan daya pukul yang dahsyat, setara dan seimbang dengan negara lain. Tentu sejalan dengan perkembangan teknologi yang dikenal dengan Revolution in Military Affairs,” paparnya.
Ia mengungkapkan, setelah Presiden SBY memberikan direktif revitalisasi industri pertahanan pada Round Table Discussion di tahun 2004 lalu. Mesin kerja dari semua pemangku kebijakan segera bergerak, Kementerian Pertahanan sebagai pembuat regulasi dan kebijakan industri pertahanan.
Berikut strategi revitalisasi industri pertahanan pria kelahiran Ujung Pandang, Sulsel ini:
Pertama, mewajibkan menggunakan produksi dalam negeri pada baik alutsista maupun nonalutsista bagi TNI, Polri serta instansi pemerintah dengan menggunakan produksi dalam negeri.
Kedua, jika harus membeli dari luar negeri. Maka persyaratan alutsista itu adalah produksi dalam negeri itu belum mampu memenuhi spesifikasi teknis dan operasional secara teknologi tinggi. Tapi pembelian dari luar negeri harus ditambah persyaratan perlunya ToT (Transfer of Technology) dan offset dari negara pemasok kepada industri pertahanan dalam negeri baik dengan joint production, bila perlu joint investment.
Ketiga, pembelian dari luar negeri tidak boleh mendikte secara politik tehadap negara dalam membeli peralatan militer. (Alfian).