Jangan Terlalu Berharap pada Investasi Arab Saudi, Kenapa?

 Jangan Terlalu Berharap pada Investasi Arab Saudi, Kenapa?

JAKARTA, Lintasparlemen.com – Wakil Ketua Komisi VI DPR, Inas Nasrullah Zubir meminta kepada seluruh rakyat Indonesia untuk tidak terlalu banyak berharap pada Arab Saudi.

Pasalnya, Arab Saudi juga memilki banyak utang. Jika rakyat Indonesia terlalu banyak berharap bisa saja sakit hati.

Seperti diwartakan, di tengah upaya memulihkan kondisi perekonomian Arab Saudi saat jatuhnya harga minyak dengan mengamankan kesepakatan pinjaman US$ 10 miliar atau setara Rp 131,6 triliun dari Bank Internasional.

Seperti dikutip dari BBC, Arab Saudi berusaha mendapatkan pinjaman US$ 8 miliar. Namun, tingginya kebutuhan membuat Departemen Keuangan Negara Saudi meningkatkan jumlah pinjamannya. Itu pertama kali diajukan Arab Saudi kepada bank internasional sejak awal 1990-an.

Di mana pinjaman itu dieksekusi di akhir bulan April tahun lali diharapkan membantu Saudi mengurangi ketergantungannya pada bank domestik. Kebijakan Saudi mengajukan pinjaman itu berselang beberapa hari usai pertemuan negara eksportir minyak dunia (OPEC) untuk membahas pembatasan produksi minyak.

Dalam kesepakatan itu Saudi bersedia menghentikan sementara produksi jika semua anggota OPEC sepakat. Yang jadi persoalan karena Iran bertahan dengan keputusan ingin melanjutkan peningkatan produksi minyak mengikuti pencabutan sanksi ekonomi di awal tahun ini.

“Jangan terlalu berharap kepada investasi Arab Saudi, karena mereka baru saja meminjam USD 15 Miliar,” kata Inas sembari berharap kerjasama Indonesia-Arab Saudi berharap, saat dihubungi lintasparlemen.com, Banten, Sabtu (25/2/2017).

Selain itu, lanjut Inas, ada kejanggalan dari nota kesepakatan dari Joint Venture (JV) Refinery Development Master Plan (RDMP) kilang Cilacap antara PT Pertamina (Persero) dengan Saudi Aramco. Ada dua subtansi perjanjian itu, yaitu bangkitnya mafia migas, atau memang Saudi Aramco yang terlalu serakah yang akan merugikan Pertamina.

“Investasi Saudi Aramco di Kilang Cilacap menyedihkan,” terang Inas yang juga politisi asal Dapil Banten II ini.

Menurut Politisi Hanura ini, dar investasi sebesar USD 5 miliar oleh Saudi Aramco hanya menghasilkan penambahan kapasitas kilang sekitar 50.000 barel per hari (Bph). Konsekuensi dari pekerjaan tersebut, pertamina harus membagi saham ke Aramco sebesar 45 persen.

“Bukan itu saja. Saking parahnya lagi, Saudi Aramco meminta Pertamina membeli produk Kilang Cilacap dengan harga IPP (Import Parity Price). Di mana IPP yang diminta Saudi Aramco adalah MOPS+Freight,” pungkasnya. (HMS)

Facebook Comments Box