Makna Maha Penting Dari Pertemuan SBY-Jokowi
Oleh: Pangi Syarwi Chaniago, Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting dan Pengamat Politik Indonesia
SBY adalah simbol terpenting bagi Partai Demokrat. Semua tindakan dan sikap yang dilakukan oleh mantan Presiden Republik Indonesia ke enam itu, memberikan dampak terhadap keberlangsungan partai demokrat di ranah perpolitikan.
Selama ini the real oposisi sesungguhnya dari Pemerintahan Jokowi adalah Partai Demokrat dan PKS, bukan Partai Gerindra yang dipimpin Prabowo Subianto.
Kemunduran partai demokrat diawali ketika masa jabatan kedua kepresidenan SBY berlangsung. Sejumlah mantan Ketua Umum Partai Demokrat terlibat kasus korupsi seperti Anas Urbaningrum, dan petinggi Partai Demokrat seperti M. Nazaruddin, Andi M. Mallarangeng, Jero Wacik, Sutan Bhatoegana, Angelina Sondakh dan Anas Urbaningrum.
Terlebih akhir-akhir ini, terkuap kasus korupsi e-KTP yang menyebut-nyebut beberapa kader Partai Demokrat. Serta manuver politik SBY yang diduga mengkriminalisasi Antasari Azhar sehingga menyeret dirinya ke penjara.
Nyayian atau kicauan Antasari membuat SBY klepak-klepak, sejak itu ingin sekali SBY bertemu presiden Jokowi untuk berbicara blak-blakan ke presiden Jokowi.
Namun SBY menyebut ada pihak pihak di inner circle presiden berupaya menghalang-halangi pertemuan dua sahabat lama antara presiden dengan mantan presiden tersebut.
Serangan dan tuduhan demi tuduhan terhadap SBY sebagai dalang ini dan otak ini, kian membuat ruang gerak SBY semakin terdesak dan terjepit, dirinya ingin segera bertemu Presiden Jokowi. Pertemuan singkat tersebut cukup mengejutkan dan di luar dugaan.
Pertemuan yang berlangsung singkat itu dinilai sebagai strategi politik SBY, yaitu dengan melakukan pendekatan emosional.
Ada banyak makna kunci yang mungkin muncul di benak publik atas pertemuan antara SBY dengan Jokowi.
Pertama, publik mungkin menilai pertemuan itu akan menguntungkan Presiden Jokowi, sebab selama ini Partai Demokrat adalah partai yang kerap kali “mengganggu” dan sangat kritis terhadap pemerintah. Pertemuan SBY dan Presiden Jokowi paling tidak SBY ingin menyampaikan bahwa Partai Demokrat membantah menganggu pemerintah.
Artinya makna politis dari pertemuan tersebut paling tidak bisa atasi ketegangan antara SBY dengan pemerintahan presiden Jokowi yang membuat turbulensi pemerintahan Jokowi.
Kini Demokrat akan berbeda setelah SBY bertemu Presiden Jokowi. Seperti lazimnya sebuah pertemuan politik yang bercita rasa selalu “berbicara apa, siapa, di mana, mendapat apa, serta bagaimana.” Pembicaraan politik hanya akan berkutik di situ-situ saja.
Kedua, bisa jadi dalam pertemuan tersebut adanya kesepakatan deal besar untuk mengamankan kasus-kasus hukum rezim 10 tahun SBY. Belakangan bau amis tak sedap kasus korupsi di rezim SBY mulai muncul ke permukaan, bukan tidak mungkin ada “deal politik”, sepanjang Demokrat tidak “merecoki” dan “mengganggu” pemerintahan, kasus-kasus hukum di era rezim SBY akan menguap begitu saja.
Selama ini yang terkesan dan sering membuat ruang panggung opini publik menjadi sesak dan memantik kebisingan politik, dalam tanda petik menganggu pemerintahan Jokowi adalah SBY dan Partai Demokrat yang kritis terhadap pemerintahan presiden Jokowi.
Dugaan saya terjadi politik main sandera, kartu mati yang dipegang dan seterusnya. Membuat SBY “bertekuk lutut” di hadapan presiden Jokowi.
Ketiga, SBY ingin membawa seolah-olah partai Demokrat ingin membantu mensukseskan pemerintahan presiden Jokowi, SBY membangun logika ekstrem bahwa partai demokrat siap “membantu pemerintah” namun tetap menjelaskan tidak masuk ke lingkaran koalisi partai pemerintah.
Pilihan politik tetap sebagai partai penyeimbang, kita memahami demi kepentingan insentif elektoral pemilu 2019.
“SBY mungkin memberi sinyal ingin mengamankan posisi Partai Demokrat. Terutama setelah kalahnya putra mahkota SBY yaitu Agus Yudhoyono dalam Pilkada DKI Jakarta putaran pertama.”
Makna yang tersembunyi, dugaan saya pertemuan tersebut juga pembicaraan kemana suara Agus-Sylvi mengalir pada putaran kedua? Dugaan saya, kedatangan SBY menemui presiden Jokowi adalah sebuah simbol politik penting dan pesan maha penting bahwa suara Agus-Sylvi limpahannya mengalir ke Ahok-Djarot.
Dari berbagai kemungkinan itu, SBY memiliki misi untuk mengamankan posisinya yang kian terdesak sehingga bertemu Presiden Jokowi untuk menyelamatkan rezim SBY dan Partai Demokrat yang kian hari makin banyak aroma menyengat terkuak ke permukaan.
Dan tak henti-hentinya kasus demi kasus hukum di era rezim sepuluh tahun SBY berkuasa, akhir akhir ini mulai banyak terkuak ke permukaan.