Ketenangan Djarot dan Kedzoliman Massa

 Ketenangan Djarot dan Kedzoliman Massa

Oleh: Husny Mubarok Amir, Warga NU Tinggal di Jakarta, Putera Betawi Asli

Saya meneteskan air mata tatkala membaca berita sekaligus menonton sedikit cuplikan video kehadiran Bapak Djarot Saiful Hidayat di Masjid Attin dalam acara pengajian bersama Supersemar sekaligus Haul Almarhum Mantan Presiden RI Soeharto.

Seorang Wakil Gubernur DKI Jakarta, yang saat itu kebetulan sedang menjadi warga biasa dikarenakan masa cuti untuk pilkada di putaran kedua pada pertengahan April nanti, dihina dan dinistakan sedemikian rupa.

Namun untungnya Djarot terlihat begitu tenang ketika cacian, sorakan dan bahkan usiran sekelompok massa bertubi-tubi tertuju padanya.

Apa salah Djarot? Sehingga ia begitu luar biasa dihina, dicaci maki bahkan diusir dari masjid yang katanya tempat paling mulia?

Apa dosa Djarot sehingga kalian begitu tega berbuat dzolim kepada dirinya, yang sama muslim dan sama beribadah kepada Allah, Tuhan yang juga kalian sembah?

Seketika saya beristighfar sambil terus menahan emosi, mencoba berintrospeksi diri, begitu parahkan hati dan fikiran kita terhadap mereka yang berbeda? Hati dan otak macam apa yang kita miliki? Asupan seperti apa yang terus masuk dan menjadi nutrisi akal dan nurani?

Saya kemudian mencoba mengembalikannya pada kisah-kisah yang ada di Al-Quran, bahwa tidak ada satupun kisah seorang pemimpin di dalam Al-Quran yang tidak sekaligus menceritakan kedzoliman kaumnya.

Mulai dari Nabi Yunus, Nuh, Hud yang terusir dari kaumnya, Zakaria dikejar dan diburu, Yusuf didzolimi saudara kandungnya sendiri, Isa Al-Masieh yang dikhianati, bahkan Hadroturrosul Muhammad SAW juga pernah diusir dan dilempari.

Ketenangan dan bayangan senyum Djarot Saiful Hidayat seolah ikut berupaya menjernihkan fikiran saya, bahwa kedzoliman harus dibalas dengan kemurah hatian. Seolah ia sedang mengajari saya, serta kita semua, tentang resiko dan nilai pengorbanan seorang pemimpin.

Saya dan mungkin Anda yang membaca mungkin tidak bisa melakukan apa-apa. Namun saya masih yakin, seperti sabda sang nabi, bahwa doa orang yang terdzolimi itu sangat mustajab.

saya masih berharap bahwa doa Djarot Saiful Hidayat saat ini adalah doa-doa yang termunajatkan dengan baik, selalu positif, untuk dirinya, dan untuk warga Jakarta yang sedang dan akan ia pimpin nanti.

wallahul musta’an.

 

Facebook Comments Box