Kalimantan, Tempat Ideal sebagai Ibu Kota
Oleh: Arteria Dahlan, Anggota Komisi II DPR RI, dari Fraksi PDI Perjuangan Dapil Jawa Timur VI
“Kalau saya melihat wacana pemindahan ibukota ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah adalah suatu hal yang wajar”
______________________________________________
Wacana ini bahkan sudah digulirkan oleh Presiden RI Pertama, l Bung Karno, beliau saat itu menitikberatkan pada Letak Kota Palangkaraya yang dibelah garis khatulistiwa dan secara grografis dpt dikatakan sbg titik tengahnya wilayah NKRI.
Bung Karno sangat visioner, sejak dulu beliau melihat bahwa kota Jakarta tidak didesign untuk menjadi pusat pemerintahan dengan segala kompleksitas permasalahan. Juga tidak didesign untuk mengakomodir kehidupan kekinian yang menanggung beban begitu tinggi.
Ide beliau Sang Proklamator itu terbukti, “Jakarta sudah sangat jenuh”, dengan pertumbuhan begitu pesatnya, baik peningkatan jumlah penduduk beserta berbagai kompleksitas masalahnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, fenomena dan perilaku/perdaban kekinian serta perubahan iklim telah menjadikan perkembangan kota Jakarta begitu pesat, tumbuh tak terkendali, bahkan kemajuan dan perlembangan kota Jakarta menjadi liar dan sulit utk dikelola dan terkontrol.
Sehingga butuh alternatif pemindahan kegiatan pemerintah pusat. Pada posisi ini negara bukannya tidak hadir, pemerintah daerah bukannya tidak hadir, akan tetapi sulit untuk mengimbangi kemajuan kota dengan segala kompleksitas permasalahannya.
Untung saja pemerintah saat ini yang diinisiasi Pak Jokowi kemudian dilanjutkan Pak Ahok mampi berpikir out of the box, berani ambil resiko dan tampil tidak populer untuk mencoba memperbaki infrastruktur dasar di pelayanan publik guna mengatasi pelayanan publik seperti membangun MRT, LRT, jalan layang Tendean Ciledug, revitalisasi busway.
Itu pun masih belum dapat mengurangi tingkat kemacetan, belum lagi bicara masalah banjir Jakarta, yang urusannya bukan hanya berhadapan dengan perilaku buang sampah sembarangan, melainkan akibat alam, yakni global warming, yang musti butuh kebijakan besar seperti membuat giant sea wall untuk bisa mengurangi dampak alam tersebut.
Di samping itu Kota Palangkaraya berada di Pulau Tua yang tidak terkena ring of fire, tidak memiliki gunung api aktif, bukan daerah gempa. Sehingga dapat dikatakan kota itu “Miskin ancaman kebencanaan”, termasuk juga pengaruh kenaikan muka air laut, akibat pemanasan global/global warming.
Berbeda dengan Jakarta, sebaik apapun kita mengelola jakarta, siapapun gubernurnya, akan menghadapi fenomena alam yang maha dahsyat,
Dari aspek geografis, Palangkaraya merupakan hamparan datar, boleh dikatakan tanpa gunung dan perbukitan. Ideal untuk wilayah pengembangan dan penataan ruang. Di Palangkaraya negara bisa sepenuhnya hadir utk menjadikan pilot project tata ruang yang berkeindonesiaan. Tuangkan ide, cita dan gagasan dlm membangun ruang daratan, bawah tanah maupun udara yg akan menjadi blue print sekaligus contoh tata ruang indonesia.
Dari aspek pertahanan, Palangkaraya memiliki daratan yang sangat luas, ideal dan bagus sekali untuk menjadi buffer atau benteng pertahanan
Dari aspek nawacita, membangun indonesia dari pinggiran, Palangkaraya sangat cocok sekali untuk membumikan nawacita, lokasinya yang dekat dengan wilayah perbatasan darat Indonesia malaysia menjadikan program pengembangan wilayah perbatasan menjadi optimal.
Saya yakin apabila ibukota pindah ke Palangkaraya, seluruh garis batas dan titik terluar wilayah indonesia akan menjadi etalase dan serambi muka sehingga tidak hanya entikong. Semua titik akan menjadi POs lIntas batas negara, sekaligus membuktikan bahwa kami (indonesia) lebih hebat dari kalian (Malaysia).
Pastinya juga akan mengurangi tingkat kejahatan wilayah perbatasan seperti penyelundupan, perdagangan narkotika, illegal logging, illegal fishing, perdagangan manusia (human trafficking), terorism dll.
Dari aspek ketersediaan lahan, Palangkaraya memiliki tanah yg luas. Luas Palangkaraya itu 1.678,51 km2, lebih dr 4 kali lipat luas Jakarta yang hanya 661,52 km2.
Antisipasi perkembangan sekalipun sangat ideal di mana Palangkaraya berada di provinsi Kalimantan Tengah yang luas provinsinya 2 kali luas pulau jawa. Jadi sangat ideal kan, apalagi jumlah penduduknya relatif sedikit.
Yang juga harus mmenjadi Pertimbangan juga adalah adanya niat baik Pak Gubernur Kalteng, gubernur sekaligus tokoh muda asal kalteng yang telah menyatakan kesediannya untuk menyiapkan 500.000 hektar sekaligus meresponse ide pak jokowi. Jadi klop presiden dan gubernur sama-sama visioner, dan berpikir ke depan untuk kepentingan bangaa yang lebih besar lagi.
Jadi kalau bicara pemindahan ibukota, ideal dan sangat tepat apabila pilihan dijatuhkan ke Palangkaraya, itu kandidat ibukota baru kita yang paling baik dan layak saat ini. Kita tidak perlu banyak alasan dan teori, tanpa political will pemerintah.
Kota tidak pernah ada dengan sendirinya, kota selalu melalui proses penciptaan, dia ada dan dirasakan kehadirannya karena sikonstruksikan, dibentuk menjadi kota, melalui intervenai negara dgn mempergunakan sumber daya negara dan segenap alat kelengkapan negara.
Walau demikian ide Presiden Jokowi itu bukannya sulit namun tidak mudah, butuh pendalaman dan memerlukan pengkajian multi aspek secara lebih mendalam. Tidak hanya membutuhkan banyak biaya dikarenakan butuh pembangunan infrastruktur dan sarana penunjang, juga membutuhkan kesiapan mental dan kesatuan paham untuk pindah, karena faktanya 80% penduduk berada di pulau jawa.
Mereka akan terpisah oleh laut utky sampai ke ibukota baru nantinya, tidak sama dengan Washington DC ke New York yang hanya berjarak 4 lewat daratan. Tapi kita harus untuk mengkaji dan segera mengambil sikap. []