Golkar Tidak Akan Tumbang!
Oleh: Bambang Soesatyo, Ketua Komisi III DPR RI dan Ketua Pemenangan Pemilu DPP Partai Golkar
Kasus KTP elektronik tidak akan membuat Partai Golkar tumbang. Meski sejumlah nama kader dan pesohor partai Golkar disebut-sebut dalam kasus tersebut
______________________________________________
EKSISTENSI Partai Golkar akan selalu terjaga. Partai berlambang pohon beringin ini tak akan pernah terbelah. Ibarat beringin yang usianya mencapai ratusan tahun, Partai Golkar pun akan selalu mengawal perjalanan sejarah NKRI, kini hingga dekade-dekade mendatang.
Apa yang tengah dihadapi Partai Golkar (PG) saat ini tak lebih dari sebuah ujian zaman. Karena di tubuh partai politik (Parpol) selalu ada masalah dan sarat kepentingan kelompok. Termasuk soal suksesi yang berjalan normal melalui Musyawarah Nasional (Munas) atau lewat Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Parpol lain pun akan mengalami ujian yang sama.
Ketika pada saatnya nanti Seorang ketua umum partai memutuskan mundur dari panggung politik dan mengakhiri era kepemimpinannya, pasti akan mengalami gejolak. Proses regenerasi kepemimpinan pun belum tentu mulus. Gesekan faksi-faksi tak akan terhindarkan. Begitulah sejatinya dinamika Parpol.
Sepanjang pekan terakhir Maret 2017, pemberintaan pers dalam negeri marak dengan tema ‘Golkar mulai Terbelah’ akibat tsunami kasus KTP elektronik. Bahkan para pegosip itu bilang, ada faksi lantai 3, ada faksi lantai 12 dan ada faksi Bakrie Tower.
Padahal sejatinya kami, baik di Dewan Pimpinan Pusat (Slipi) maupun di Fraksi (Senayan) kompak-saja. Ada riak-riak, tapi itu tidak berarti.
Kami sepakat untuk tetap menjaga dan menomor satukan keutuhan partai. Kami telah lelah pada pertikaian tajam yang berkepanjangan yang pernah dialami partai ini. Sehingga beragam komentar dan prediksi pun bermunculan.
Saat itu banyaj pengamat mengatakan, Kekuatan Partai Golkar diprediksi meredup, sehingga tak mampu berbuat banyak pada pemilihan umum 2019. Faktanya, di bawah kepemimpinan Setya Novanto Partai Golkar memenangi pertarungan 101 pilkada serentak 2017 hampir 60 persen.
Pengalaman Pahit
Seperti diketahui, Memuncaknya persoalan internal PG dua tahun lalu yang ditandai dengan tampilnya Presidium Penyelamat PG sebenarnya merupakan ujian kedua di era reformasi, setelah yang pertama pada 1999. Sampai di sini, bisa disimpulkan bahwa Golkar menghadapi ujian berat setiap kali bangsa dan negara menyosong perubahan-perubahan strategis.
Tahun 1999, awal reformasi, Golkar pun harus berjuang ekstra keras untuk menjaga eksistensi. Tahun ini, ketika rakyat mulai pro aktif mencari figur pemimpin, PG kembali menghadapi ujian itu.
Dibandingkan saat ini, ujian Golkar pada dua tahun lalu dengan munculnya kubu ancol dan Bali, tahun 1999 saat reformasi jauh lebih berat karena yang dihadapi adalah sikap tidak suka publik.
Berakhirnya era Orde Baru (Orba) saat itu melahirkan dampak teramat buruk bagi Golkar. Tekanan terhadap Golkar datang dari masyarakat. Tak hanya mencaci maki, publik bahkan menuntut Golkar dibubarkan karena posisinya sebagai penopang Orba.
Di masa transisi reformasi itu, terjadi juga polarisasi di tubuh Golkar. Ada kelompok yang masih mendukung sisa-sisa kekuatan Orba, berhadapan dengan kekuatan-kekuatan reformis.
Polarisasi itu berakhir di forum musyawarah nasional luar biasa Golkar, yang melahirkan figur Akbar Tanjung sebagai ketua umum (1998-2004) yang kemudian mendeklarasikan evolusi Golkar menjadi Partai Golkar.
Saat itu, PG diperkirakan hanya bisa bertahan sebagai partai kecil. Perkiraan itu salah total. Pada pemilihan umum 1999, Partai Golkar meraih dukungan 22,44% dari total pemilih, dan berstatus sebagai partai pemenang kedua setelah PDIP. Perolehan ini menggambarkan bahwa infrastruktur PG tetap solid di tengah hempasan badai.
Apakah badai yang mengguncang PG tahun 1999 sama dahsyatnya dengan badai saat ini? Jelas tidak, bahkan sangat berbeda. Saat ini Partai Golkar dari pusat hingga daerah sangat kompak. Rapat Konsultasi di Bali pekan lalu yang melibatkan Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar dan Dewan Pimpinan Daerah tingkat I seluruh Indonesia, telah membuktikan bahwa kasus KTP elektronik tidak berpengaruh pada soliditas partai. Kesadaran kolektif yang terbangun, membuat guncangan Kasus KTP elektronik itu berdaya rusak kecil, PG tidak akan terbelah, apalagi tumbang.
Semua kekuatan politik di negara ini mengakui bahwa PG adalah Parpol besar yang kuat dan sarat pengalaman. Konstruksi organisasinya kokoh dan mampu merespons tantangan zaman dengan sigap tepat. Pengakuan itu benar adanya. Karena itu, PG akan mampu menyelesaikan persoalan internalnya, termasuk guncangan kecil yang sedang dihadapi PG saat ini.
Semua unsur kekuatan utama di tubuh PG, pada akhirnya nanti, akan duduk satu meja, mencari dan merumuskan format penyelesaian masalah yang dilandasi semangat musyawarah dan mufakat. Sentimen tentang potensi terbelahnya PG yang terus dihembus-hembuskan para pesaing Golkar yang tidak ingin Partai Golkar menang di pemilu 2019 dan menjadi pendukung utama pencalonan presiden Jokowi pada Pilpres 2019.
Akhir-akhir ini harus dilihat sebagai ancaman yang justru harus dihindari oleh semua faksi di tubuh PG. Dengan begitu, jelas bahwa Golkar sejatinya tidak pernah terbelah. []