Ketika Komisi II Kompak Pertanyakan Alasan Ketua Bawaslu Prof Muhammad Tak Diloloskan Pansel

 Ketika Komisi II Kompak Pertanyakan Alasan Ketua Bawaslu Prof Muhammad Tak Diloloskan Pansel

Logo DPR RI

JAKARTA, Lintasparlemen – Sangat wajar jika topik rapat Komisi II DPR dengan Panitia Seleksi (Pansel) Calon Komisioner KPU-Bawaslu saat RDPU di gedung DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (30/3/2017) lalu banyak membahas ketidaklolosannya Ketua Bawaslu DR Prof Muhammad. Karena banyak pertanyaan menyelimuti.

Pansel dicacar pertanyaan besar, bahkan perdebatan tensinya makin tinggi khususnya alasan ketidaklolosnya Muhammad antara Anggota Komisi II DPR dari Fraksi PDIP Arteria Dahlan dengan Anggota Pansel Valina Singka.

Tujuh anggota Pansel dicecar oleh hampir semua anggota Komisi II. Mulai tahapan seleksi hingga nama-nama calon anggota KPU-Bawaslu yang lolos seleksi hingga di bawah ke Komisi II DPR RI. Namun Valina yang paling banyak dicecer yang juga statusnya sebagai anggota DKPP.

Dari jawaban Pansel, semua anggota Komisi II yang hadir tak puas dengan jawaban Pansel. Arteria yang dikenal vocal menyerang Valina, meski Valina menjawab dengan sebaiknya dengan memberi analogi bahwa mereka telah bekerja keras meski hasilnya belum maksimal.

Valina mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan seleksi calon komisioner KPU-Bawaslu sesuai UU dengan menggunakan lima parameter yaitu integritas, independensi, kompetensi, leadership, dan kesehatan.

“Ini hasil kan tergantung dari input yang masuk. Yang kami lakukan adalah hasil maksimal, melalui suatu proses yang bisa dipertanggungjawabkan,” jelas Valina.

Mendengar jawaban Valina, Arteria bangkit membantah kinerja Pansel. “Ibu tidak bisa mempertanggungjawabkan (hasil kerjanya),” timpal Arteria dengan suara agak meninggi.

Valina pun menjawab timpalan Arteria usai mendapat persetujuan dari pimpinan rapat, Wakil Ketua Komisi II dari Fraksi Demokrat Fandi Utomo.

“Mohon maaf, saya ingin bicara sedikit saja, berjam-jam saya sudah mendengarkan (Anggota Komisi II bicara). Memang kami ini tidak bisa sempurna. Ada persoalan dalam kelembagaan penyelenggaraan pemilu yang perlu terus-menurus ditingkatkan melalui pintu rekrutmen. Dan perbedaan pendapat itu hal biasa dan dinamika dalam berdemokrasi,” papar Valina sembari menyebut nama Arteria dan berharap agar politisi muda PDIP itu bisa melihat persoalan dengnlan positif.

Arteria ternyata tak terima dengan statemen Valina. Ia pun kembali melontarkan berbagai pernyataan yang membuat suasana ruang rapat makin seru. Arteria menyebut bahwa anggota Pansel lainnya tak menemukan cacat, namun Valina banyak cacatnya.

“Bu Valina yang terhormat, anggota Komisi II saat ini luar biasa hebatnya Bu. Saya sebelum, saya kuliti satu-satu Pansel, termasuk Prof Haryono yang saya hormati. Saya cari semua cacatnya, ternyata tidak ada. Saya ingin sampaikan ke ibu Valina karena Anda bicara integritas. Tapi waktu Anda menjabat sebagai anggota DKPP, Anda tidak berlaku sebagai mahkamah, karena bahkan mencari-cari temuan (layaknya Bawaslu),” tuding Arteria.

“Belum lagi…Ayo kita coba, saya sudah dapatkan lagi di Sumatera Barat itu (???). Politik itu ada etika, ada moral. Apa yang di luar konteks? Saya juga punya data, Bu, Nanti kita sampaikan…,” sambung Arteria.

Perang mulut antara keduanya makin sengit sehingga Pimpinan sidang berusaha menengahi. Namun adu mulut terus terjadi. Rapat pun semakin tegang dan teriakan demi teriakan terdengar di ruang rapat.

“Pak Arteria, tolong mengendalikan diri, juga Bu Valina, cukup ya. Mohon kita tidak mengurangi integritas,” tegas Fandi usai seorang anggota DPR meminta pimpinan untuk mengendalikan rapat. Lalu Fandi Utomo mengetukkan palu untuk memperingatkan keduanya.

Dalam perdebatan keduanya, adwlah salah satu yang menarik dari kinerja Pansel di tengah persoalan Muhammad tak lolos seleksi.

“Kengapa komisioner Bawaslu semuanya tidak terpilih, tidak lolos. Kalau dilihat ini seperti menghakimi, padahal selama bermitra di Komisi II, Bawaslu pekerjaannya baik. Di tahap mana Prof Muhammad tidak lolos? Kita ingin kejelasan dan keterbukaan,” tanya anggota Komisi II dari Fraksi PAN Yandri Susanto.

Lagi-lagi anggota Komisi II, Arteria Dahlan, banyak memberikan kritik kepada tim Pansel. Politisi PDIP ini meminta Pansel membuka hasil seleksi terhadap Muhammad, termasuk skor Muhammad.

“Tolong dijelaskan yang namanya Muhammad nilainya berapa? Saya ingin katakan Timsel gagal, hasilnya kita tolak, hanya karena budi baik Mendagri sehingga DPR mengalah. Jangan coba mendesak DPR untuk memilih 7 dan 5 orang,” bebernya.

“Kita perlu ada compare yang lulus dan tidak lulus. Dan ranking Muhammad iyu berapa dibandingkan dengan skor yang lolos,” timpal salah seorang anggota DPR lainnya tak diketahu asal suaranya.

Anggota Komisi II DPR Zulkifli Anwar ikut angkat suara dengan menyebut adanya isu yang beredar terkait semua anggota Bawaslu yang mendaftar lagi tidak masuk, atau tidak lolos. Berbeda dengan seluruh anggota KPU yang ikut seleksi, lolos semua.

Zulkifli bahkan berani menuding Pansel tidak meloloskan 5 anggota Bawaslu yang mendaftar karena Bawaslu tidak ikut menggugat Komisi II DPR seperti yang dilakukan oleh KPU beberapa waktu lalu.

“Isunya harus diluruskan, Pansel apa ada kepentingan di sini? Entah Pansel ada yang menyutradarai seluruhnya. KPU lalu 7, yang mendaftar 5, lolos semua. Isunya karena yang 5 berani melawan Komisi II, bahwa Bawaslu tidak mengikuti judicial review. Mereka diluluskan karena mereka berani melawan Komisi II,” tutur Zulkifli.

Sebagai informasi, 5 komisioner Bawaslu yang ikut seleksi adalah Muhammad, Nelson Simanjuntak, Daniel Zuchron, Nasrullah, dan Endang Wihdatiningtyas. Tiga pertama mendaftar sebagai anggota KPU, sementara Nasrullah dan Endang kembali mendaftar sebagai komisioner Bawaslu.

Anggota Komisi II Henry Yosodiningrat dari Fraksi PDIP mempertanyakan status Ketua Pansel Saldi Isra yang juga sebagai komisaris salah satu BUMN dan tindakannya yang menjadi saksi ahli pada sidang Mahkamah Konstitusi (MK). Sementara Saldi tak hadir dalam rapat RDPU itu karena sedang berada di luar negeri.

“Apakah ini sepengetahuan Timsel? Karena secara etika ini tidak boleh. Sebagai orang yang mendapat gaji dari negara karena komisaris di BUMN dan juga ahli di MK,” tanya Henry.

Menarik ditunggu sepertia apa suasana fit and proper test calon Komisioner KPU dan Bawaslu RI, Senin hingga Rabu (3-5/4/2017) mendatang?

Facebook Comments Box