Membongkar Modus Inpex di Masela
Jakarta, Lintasparlemen.com – Tim ahli Kementerian Koordinator Maritim, Abdulrachim menegaskan pembangunan LNG di laut oleh Inpex di Blok Masela hanya menambah beban negara (cost recovery). dari hasil analisa menunjukkan, hitungan biaya yang telah dilakukan oleh Inpex sangat tidak masuk akal bahkan merugikan Indonesia.
“Kalau Inpex mengatakan yang laut itu lebih murah daripada di darat. Nah bagaimana cara ngeceknya? di Indonesia sudah ada 16 (kilang darat) kilang LNG, tim kami sudah 30 tahun berpengalaman dibidang ini, kalau kilang di darat, biaya maintenance, repairingnya, jadi Indonesia sangat berpengalaman di kilang darat ini,” kata Abdul di Kantor Menko Maritim, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jum’at (11/3/2016).
(Baca: Gertak Sambel, Inpex Tak Mungkin Berani Tinggalkan Masela)
Selain tidak masuk akal, Abdul mengendus modus Inpex yang didukung oleh pihak terkait dalam membantu perusahaan asal Jepang itu mendapat kontrak di Masela. Ia juga menyayangkan sikap SKK Migas yang kurang teliti dalam hitunganya yang dibuat oleh Inpex.
“Tapi kok bisa SKK Migas itu menjiplak hitungannya Inpex yang dibalik seolah-olah kilang di laut itu lebih murah. kita bisa cek juga, hitungan itu, kilang laut yang sedang dibangun dan akan beroprasi pada tahun 2017 di Australia Utara di berapa ratus kilo dari darat, itu kapasitassnya 3,6 juta ton LNG per tahun. itu biayanya 12,6 Miliar Dollar,” ucapnya.
Pria alumni ITB ini menambahkan, bahwa kapasitas Blok Masela jumlahnya lebih besar dibanding dengan kapasitas kilang yang dibangun di Australia, namun harga yang dirilis Inpex seolah jauh lebih murah. Ia melihat indikasi ini sebagai taktik Inpex agar setelah mendapat kontrak, pihaknya merubah hasil biaya pembanginan kilang tersebut.
(Baca: Ini Komentar Gubernur Maluku Soal Blok Masela)
Masela itu, lanjutnya, memiliki kapasitas 7,5 juta ton LNG per tahun, “Itu kok bisa dihitung sama inpex itu biayanya cuma 14,8 Miliar Dollar, jadi kok harganya gak sapai 20 persen. kan gak masuk akal itu. kemudian hitungan ini dipresentasikan kepada presiden Jokowi di Istana dalan rapat terbatas bulan Januari,” katanya
“Nah, Saya duga dia ngecilin angka itu untuk bisa masuk dulu supaya dapat kontrak dari SKK Migas, setelah dapat kontrak dia naikin angkanya dan itu banyak terjadi didunia oil and gas. menyedihkan,” ujarnya lagi.
Seperti diketahui, dengan mengacu biaya LNG terapung ‘prelude’ di Austalia yang hampir rampung dengan kapasitas 3.6 juta ton per tahun dan biaya sekitar USD 13 Milyar, maka LNG terapung Masela berkapasitas 7,5 juta ton per tahun akan mencapai biaya USD 22 Milyar yang sepenuhnya akan menjadi beban negara melalui mekanisme cost recovery PSC. jika kemudian desain selesai di tahun 2019, sudah terlambat untuk melakukan perubahan kembali LNG Darat.