Kader Terbaik PDIP Ahmad Baskhara Didesak Mundur dari Ketua PA GMNI
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Presidium GMNI kembali menyeroti kinerja para senior dan alumni GMNI. Pasalnya sampai saat ini PA GMNI tidak memeliki kontrubusi untuk mendistribusikan kader atau yunior GMNI dengan baik.
Alasan itu, sehingga kader terbaik PDIP Ahmad Baskhara didesak mundur dari Ketua PA GMNI. Karena roda organisasi GMNI seakan mati. Hal ini di tegaskan oleh salah satu pengurus Presidium GMNI Sandri Rumanama kepada redaksi lintasparlemen.com, Ahad (23/4/2017).
“Saya lihat PA GMNI ini seakan-akan seperti CV yang komersial atau PT Jasa Kontruksi saja bukan seperti suatu organisasi kaderisasi.
Dinimika organisasi yang mati serta the wil political yang seakan akan tidak berjalan membuat kami selaku kader GMNI merasa PA GMNI tidak berfungsi,” jelas Sandri.
Lihat saja para senioritas GMNI yang bergerak di bidang politik semuanya menumpuk ke PDIP. Setelah PDIP menang dan sebagai partai penguasa malah GMNI ‘dinon-jobkan’ sedih sekali melihat kondisi organisasi saat ini.
“Lihat daftar menteri di bawah Kabinet JOKOWI-JK berapa sih senior GMNI yang didistribusikan. Pada kelompok-kelompok profesional, direktur, komisaris atau dan lain lain. Senior GMNI yang berhemburan se-Indonesia ini tak mampu berbuat apa apa,” ungkapnya pemuda asal Maluku ini.
Alasan kuat itu ia mendesak Politisi Muda PAD Perjuangan Ahmad Baskhara didesak mundur selaku ketua PA GMNI untuk digantikan dengan alumni GMNI yang lebih mumpuni.
“Saya kira demi kemasalahatan dan hajat organisasi sudah saatnya bung Ahmad Baskhara harus mundur diri demi GMNI ke depan. Banyak senior yang memeliki elektabilitas yang bagus kok,” terangnya.
Sandri menyebutkan ada senior GMNI punya kemampuan tinggi dari Ahmad Baskhara seperti Awang Faroek Ishak (Gub. Kalimantan Timur( atau Saifullah Yusuf (wakil Gub. Jawa Timur), Daud Pong (Sek. PDIP Kab Akur NTT), Djarot Saifful Hidayat (Wakil Gub. DKI-Jakarta), Zeth Sahabarua (Wakil Gub. Maluku) lebih baik ketimbang Ketua PA GMNI saat ini.
“Saya mendesak agar ada pertimbangan dari alumni GMNI se-Indonesia guna menyikapi persolan ini karena GMNI saat ini benar benar vakum dinimika organisasi serta matinya proses pendistribusian kaders GMNI membuat GMNI tak memeliki taji sebagai organusasi terbesar di Indonesia,” desak Sandri.
Sandri membandingkan GMNI dengan organisasi cipayung lainnya seperti PMII dan HMI.
“GMNI PEMKRI bahkan di kuar Cipayung atau Cipayung plus LMND, IMM semuanya kren. Dinamika ada. Kaderisasi ada. Kerja organisasi hidup. Distribusi kader hidup. Beda dengan GMNI,” keselnya (EKA)