Kader HMI: Mahasiswa Sekarang Terjebak dalam Jurang Hedonisme, Apatisme dan Individualisme

 Kader HMI: Mahasiswa Sekarang Terjebak dalam Jurang Hedonisme, Apatisme dan Individualisme

JAKARTA, Lintasparlemen.com – Darah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) adalah pengkaderan. Melalui pengkaderan, baik Basic Training (LK I), LK II dan selanjutnya akan melahirkan kader sesuai yang dicita-citakan pendiri HMI; Lafran Pane.

Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan selamat di dunia dan akhirat.

“Basic Training (LK1) kali ini kami mengangkat tema “Membentuk Karakter Mahasiswa Islam Menjadi Insan Ulil Albab Sebagai Estafet Pemimpin Ummat dan Bangsa”,” kata Ketum HMI Komisariat UNIAT Muhammad Arief seperti disampaikan pada lintasparlemen.com, Sabtu (13/5/2017).

Berangkat dari tema itu, lanjut Muhammad, dirinya melihat sebagian besar mahasiswa, khususnya mahasiswa Islam tidak lagi sesuai dengan peran, fungsi dan tanggung jawabnya sebagai mahasiswa.

“Padahal kita paham betul bahwa mahasiswa itu adalah Agen Perubahan dan sebagai Kontrol Sosial. Tetapi realitanya mahasiswa sekarang terjebak dalam jurang hedonisme, apatisme, individualisme. Sehingga mereka tidak peka terhadap problem yang ada di sekelilingnya dan bahkan tidak pernah memikirkan agama dan bangsanya,” jelasnya.

Oleh karena itu, menurut Muhammad, dengan adanya LK 1 yang diadakan oleh HMI Komisariat Universitas Islam Attahiriyah, Cabang Jakarta untuk mengubah mindset dan membentuk karakter mahasiswa Islam menjadi Insan Ulul Albab.

“Kita sama-sama mafhum arti Ulul Albab secara maknawi yaitu orang yang berakal dan berfikir( Q.S Al-Imran 190-191). Artinya, sebagai mahasiswa harus menggunakan akal dan fikirannya untuk memikirkan semua problem yang terjadi di tengah masyarakat, entah itu di sekelilingnya, atau masyarakat luas pada umumnya,” paparnya.

Muhammad menjelaskan, insan Ulil Albab secara terminologi jika berpacu pada surah Al-Imron ayat 191 yang artinya “Yaitu orang orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring, dan meraka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia sia; mahasuci engkau , lindungilah kami dari azab neraka.

“Memimpin bangsa ini tidak cukup jika hanya mengandalkan kekayaan intelektual saja tanpa ditopang oleh akhlak dan kedalaman spiritual, karna menurut hemat saya intelektual tanpa spiritual akan melahirkan pribadi tamak, individualis, materialis yg justru akan merusak kehidupan bersama,” ujarnya.

Untuk itu, pintanya, mahasiswa harus membentuk karakternya serta membangun spiritual, intelektual, dan sensitivitas sosialnya.

“Sehingga kita sebagai mahasiswa yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa, bisa membawa rakyat Indonesia yang bermartabat, makmur, sejahtera, tentunya di ridhoi Allah Subhanahuwata’ala,” terang Muhammad.

Subbanul Yaum Rijaalul Ghod” Artinya: pemuda (mahasiswa) hari ini adalah pemimpin di masa yang akan datang (hari esok),” kata Mahasiswa Uniat ini yang mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). (JAY)

 

Facebook Comments Box