Agus: Pembangunan Manusia Itu Mengentaskan Kemiskinan
UJUNGPANDANG, Lintasparlemen.com – Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Agus Arifin Nu’mang menerima Tim Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI di ruang kerja Wagub, Selasa 30/5.
Kedatangan Tim Kemenko tersebut yang dipimpin oleh Asisten Deputi Pemberdayaan Masyarakat, Ir. Magdalena, MM untuk mengkoordinasikan kemungkinan Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Model Pembangunan Inklusif secara nasional.
Magdalena juga menyampaikan bahwa kedatangannya ke Sulawesi Selatan untuk menindaklanjuti gagasan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan pada Akhir Tahun 2016 untuk Modelling Pembangunan Inklusif, dan gagasan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan diskusi Kedeputian Bidang Koordinasi Pemberdayaan Masyarakat, Desa dan Kawasan Kemenko PMK bersama perwakilan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan beberapa perwakilan Kabupaten dan Kota pada tanggal 22 Maret 2017 yang lalu.
Agus Arifin Nu’mang pada kesempatan itu menegaskan bahwa pembangunan manusia pada intinya adalah pengentasan kemiskinan.
“Dan upaya untuk menurunkan angka kemiskinan menurut dia adalah membuka lapangan kerja sebanyak banyaknya, sehingga tidak ada lagi masyarakat yang tidak produktif,” kata Agus pada wartawan, Selasa (30/5/2017).
Mantan Ketua DPRD Sulawesi Selatan itu menambahkan bahwa program pembangunan desa tidak bisa diseragamkan secara keseluruhan, tetapi harus diterapkan sesuai karakter dan potensi masing masing desa atau wilayah.
Agus Arifin Nu’mang mencontohkan Kabupaten Jeneponto, dimana menurutnya daerah ini cocoknya dikembangkan industri Gula Areng dan Telur Asing karena bahan bakunya sangat mendukung, sehingga masyarakat Jeneponto tidak terfokos hanya pada sektor maritim saja.
Orang nomor dua Sulawesi Selatan itu juga memaparkan bahwa perilaku masyarakat yang tinggal dipedesaan pinggiran kota, sangat berbeda dengan masyarakat yang tinggal di desa pegunungan.
“Masyarakat desa pinggiran perkotaan cenderung berprilaku hidup konsumtif, sementara masyarakat yg tinggal di desa pegunungan hanya memikirkan kebutuhan pangan dan biaya pendidikan keluarganya saja,” pungkas Agus. (RAUL)