Ketum DPP KNPI : NKRI dan Pancasila Final, Saatnya Mengisi Kemerdekaan
JAYAPURA – Mencermati kondisi kebangsaan terkini, DPP Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) menilai bahwa konsepsi bernegara dan berbangsa sudah final, yaitu Pancasila yang rumusan operatifnya dijabarkan melalui UUD 1945.
Untuk itu, sebagai rumusan final, Ketua Umum DPP KNPI Muhammad Rifai Darus menilai, Pancasila merupakan haluan ideologis yang sejatinya memerlukan implementasi praksis (laku hidup keseharian) di seluruh aspek kehidupan; kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan.
“Sebab itu, mendebatkan (kembali) relevansi Pancasila sebagai basis ideologis-selain menguras energi, bangsa kita tidak akan pernah besar,” kata Rifai Darus pada lintasparlemen.com, Rabu (31/5/2017).
Menurut Rifai Darus, medan pertempuran sesungguhnya adalah bagaimana mengaktualisasikan Pancasila sebagai nilai dan basis moral yang secara intrinsik maupun ekstrinsik menjadi syiar kita sebagai bangsa besar ke penjuru dunia.
Di hari kelahiran Pancasila besok, 1 Juni, DPP KNPI menghimbau kepada pemerintah untuk kembali fokus menjalankan tugasnya dan tidak lagi terjebak ke dalam polemik atau isu-isu tentang khilafah Islam atau komunisme.
Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat ini menjelaskan, misi utama pemerintah adalah bagaimana mengimplementasikan Revolusi Mental tidak lagi dirasakan sebagai konsep yang (masih) jauh berada di atas langit. Mengingat secara faktual, banyak ketimpangan antara Revolusi Mental dengan aneka kasus yang mewarnai kehidupan kemasyarakatan maupun kebangsaan kita.
“Penilaian ini tentu saja tidak sebatas dalam aspek programatik semata, tetapi lebih jauh lagi pada krisis ketauladanan itu sendiri,” ujar Rifai Darus.
“Pemuda menghimbau kepada seluruh elit politik untuk kembali kepada Pancasila sebagai praksis moral yang secara aktual dicerminkan melalui contoh dan keteladanan. Kita menjadi saksi tidak langsung, bagaimana pendiri bangsa ini pernah berdebat sengit dan tajam dalam forum BPUPKI maupun PPKI sebelum kemudian menyepakati Pancasila rumusan final dasar negara. Tetapi perbedaan pandangan tersebut, tidak membuat mereka menjadi lawan di luar forum. Inilah ketauladanan berharga yang seharusnya menjadi contoh bagi kita di tengah dahaga kebangsaan,” paparnya.
Persahabatan dan kebesaran, lanjut Rifai Darus hati antar pendiri negeri jauh lebih kuat melampaui pandangan dan sikap mereka. Tidak lagi terpolarisasi antara kutub mayoritas-minoritas, Islam-Komunis, pemikir-bangsawan, dan seterusnya.
“Sikap itulah yang seharusnya dapat menjadi modal utama bagi kita semua untuk segera mengisi dan memaknai kemerdekaan dan kedaulatan kita sebagai negara dan bangsa,” pungkasnya. (MRD)