Begini Seharusnya Kader HMI di Mata Politisi Senayan
SURABAYA – ANGGOTA Komisi X DPR RI Ridwan Hisjam menekankan pentingnya seorang kader HMI yang juga sebagai warga negara untuk terus menjaga NKRI dalam membina kerukunan dan kedamaian di Indonesia.
Hal itu disampaikan Ridwan dalam acara halal bi halal keluarga besar HMI dan KAHMI Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, Ahad (23/7/2017).
Pada kesempatan itu, Ridwan memaparkan dalam sambutannya berperan bahwa ‘Jangan Jadi Anggota Tapi Jadilah Kader’ HMI yang paham ajaran agama Islam dan paham ke-Indonesiaan.
“Jika kita sudah masuk ke dalam organsasi HMI, kita tak hanya dituntut tahu pendidikan agama Islam yang ditanamkan, tapi bagaimana pemahaman tentang ke Indonesiaan menjadi satu kesatuan yang utuh, tak terpisahkan,” kata Ridwan.
“Kita sudah paham, sejak kita mengikuti training di HMI mulai LK 1 sampai LK 3. Kita mulai dididik dan ditanamkan nilai-nilai keagamaan, kebangsaan, konsepsi ideologi, wawasan politik dan strategi politik serta keterampilan berorganisasi. Itu artinya, setelah kita masuk HMI paham keislaman dan Keindonesian menjadi satu kesatuan utuh yang tak terpisahkan. Kader-kader HMI adalah calon pemimpin umat dan bangsa,” kata Ridwan.
Ridwan juga menjabarkan perbedaan sebagai kader HMI dan anggota HMI. Baginya, anggota HMI bisa datang dan pergi karena kurang memiliki militansi dan pemahaman yang kuat akan ideologi HMI. Namun tidak demikian dengan Kader HMI.
“Kader HMI itu lebih punya militansi. Karena kader adalah sumber daya HMI yang memiliki militansi dan dasar-dasar ideologi HMI yang kuat dan siap merealisasikan mission of HMI,” ujarnya.
Politisi Golkar ini juga menjelaskan, ada tiga yang mampu merajut persatuan umat Islam sebagai kekuatan dan benteng NKRI, yakni pertama kondisi umat Islam saat tidak bersatu.
“Faktor kedua, Islam dan umat Islam adalah benteng dan kekuatan NKRI yang terakhir. Di mana kondisi NKRI saat ini seolah dalam ancaman,” terang alumni aktivis HMI ini.
Di akhir pesannya, Ridwan menitipkan pesan kepada seluruh kader HMI agar sensitif merespon perkembangan zaman yang ada hubungannya dengan isu-isu keumatan.
“Sebagai kader (HMI) sepatutnya kita cepat dan cerdas merespon kondisi kebangsaan yang ada kaitannya dengan keumatan saat ini. Jangan biarkan sesama umat yang memiliki akidah yang sama tercerai berai oleh persoalan remeh-temeh,” pungkasnya. (Suryadi)