Fadli Zon: 4 Patung, 1 Pesan Persatuan di Hari Kemerdekaan
PADANG – DALAM rangka memperingati HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72, hari ini, Selasa, 15 Agustus 2017, Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon meresmikan patung “The Founding Fathers” (Pendiri Republik) karya pematung terkemuka Bambang Win, di Rumah Budaya Fadli Zon, Padang Panjang, Sumatera Barat.
Patung The Founding Fathers itu terdiri empat buah patung penuh badan para Bapak Republik, yaitu Tan Malaka, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir. Keempat patung tersebut dibuat dalam pose sedang duduk berbincang.
Fadli Zon menilai istilah Pendiri Bangsa memiliki pengertian yang lebih luas. Sebab kelahiran sebuah negara dibidani oleh para pejuang yang boleh jadi tidak terlibat dalam urusan-urusan teknis saja.
Keempat tokoh ini menjadi representasi dari pola dan bentuk perjuangan kemerdekaan di Indonesia. Bahwa tiga dari keempat tokoh tersebut adalah putra Minang, kita semua tentu patut berbangga. Karena tanah minang memang telah melahirkan tokoh-tokoh yang punya andil sangat besar bagi kelahiran dan perjalanan bangsa Indonesia.
“Untuk mendekatkan kita pada para pendiri bangsa, sekaligus tentu saja mendekatkan pada narasi sejarah yang melatarbelakanginya, patung sengaja dipilih sebagai medium. Ide pembuatan patung ini berasal dari saya, sementara pengerjaannya dilakukan oleh Saudara Bambang Win,” ungkap Fadli Zon.
“Menurut saya, sebagaimana halnya karya fotografi dan lukisan, patung bisa jadi medium yang efektif untuk menceritakan kembali sejarah. Apalagi pose patung-patung ini dibuat berdasarkan adegan nyata. Pose Bung Karno, Hatta dan Sjahrir berasal dari sebuah arsip foto milik IPPHOS, saat ketiganya sedang duduk bersama di kursi rotan panjang, di Jakarta, 1946. Demikian juga pose Tan Malaka.”
Fadli Zon juga menjelaskan mengenai keempat tokoh ini tak pernah terekam duduk dalam satu tempat, namun patung-patung ini sengaja dibuat seolah berada dalam tempat yang sama untuk mengirimkan pesan bahwa Republik ini dulu dibangun oleh dialog dan kerja sama. Meski para pendiri bangsa kita berasal dari berbagai ideologi dan keyakinan, namun dalam gagasan keindonesiaan mereka bisa bersatu dan keluar dari cangkang keyakinannya masing-masing.”
“Dialog dan kerja sama inilah yang langka kita temui hari ini. Pada hari ini kita lebih suka mengeksploitasi perbedaan sebagai dalih bagi pemisahan, bukan sebagai tantangan bagi usaha persatuan. Untuk mengirimkan pesan bahwa para anak bangsa harus bisa duduk bersama untuk merawat keindonesiaan, maka pose duduk bersama para pendiri Republik inilah yang dipilih.”
“Kenapa patung The Founding Fathers ditempatkan di Sumatera Barat, bukan di Jakarta, juga untuk lebih mendekatkan sejarah tadi. Kebetulan, tiga dari empat pendiri Republik kita ini, yaitu Tan Malaka, Hatta dan Sjahrir, juga berasal dari Sumatera Barat. Tiga tokoh ini bahkan sering disebut sebagai ‘sumbangan terbesar orang Minang bagi Indonesia’. Saya berharap, menempatkan empat patung ini di Sumatera Barat akan memberi kebanggaan bagi orang Minang.”
“Di Rumah Budaya, empat patung tokoh Republik ini sebenarnya bukan yang pertama. Sebelum empat patung ini, telah ada patung separuh badan Tan Malaka, Soekarno, dan juga Hatta. Ini juga bukan patung penuh badan yang pertama, karena sebelumnya di sini juga telah ada patung penuh badan Mahatma Gandhi. Bertambahnya koleksi patung ini tentu akan kian memperkaya koleksi seni yang dimiliki Rumah Budaya.”
“Sebagai salah satu pusat kebudayaan penting di tanah air, yang telah melahirkan banyak seniman, sastrawan dan budayawan terkemuka, saya berharap agar kehadiran Rumah Budaya dengan koleksi-koleksi seni, pusaka, dan pustaka yang ada di dalamnya, bisa ikut menggairkahkan kegiatan literasi, seni dan kebudayaan di ranah Minang,” pungkasnya. (BANI)