Sempat Dibubarkan Soeharto, Kini Sarbumusi Kembali Bela Kaum Buruh
JAKARTA – Presiden Konfederasi Sarikat Buruh Muslimin Seluruh Indonesia (K-Sarbumusi) HM Syaiful Bahri Anshori mengungkapkan bahwa Sarbumusi memiliki perjalanan sejarah dalam perjuangan buruh di awal kemerdekaan. Kala itu, Sarbumusi menjadi pelopor perjuangan demokrasi.
Syaiful yang juga Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PKB ini mengaku, pihak Sarbumusi yang pertama memperjuangkan nilai-nilai budaya demokrasi sebelum yang lain berbicara demokrasi.
Untuk itu, kata Syaiful menyakini Sarbumusi hadir sebagai lembaga alternatif dari kekuatan buruh Sobsi (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia) yakni bagian erat Partai Komunis Indonesia (PKI), keberadaanya menjadi terlarang dan dibubarkan oleh pemerintah Orde Baru kala itu.
“Sarbumusi itu didirikan oleh Ulama NU dengan pandangan, kehadiranya untuk membela dan meningkatkan kesejahteraan buruh warga NU,” kata Syaiful pada lintasparlemen.com, Jakarta, Kamis (28/9/2017) yang sempat disampaikan dalam acara Simposium Nasional dan Harga Sarbumusi ke-62.
Untuk itu, Mantan Ketua Umum PB PMII ini menyayangkan Sarbumusi ‘dibubarkan oleh penguasa orde baru dengan munculnya gagasan serikat pekerja tuggal. Ide era pemerintahan Presiden Soeharto yang telah ‘membunuh’ kiprah Sarbumusi di Indinesia.
Perbeda pada era pemerintahan Presiden Soekarno, Sarbumusi menjadi bagian dari gerakan buruh di tingkat nasional maupun di tingkat internasional selain Sobsi.
“Tak bisa dipungkiri, di era orde baru keberadaan kami di Sarbumusi seolah-oleh ada dan tiada. Atau dalam bahasa Al Qur’annya, wala yamutu wala yahya,” terang Syaiful.
Alhamdulillah, seiring dengan jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto yang ditandai gelombang tuntutan reformasi. Maka Sarbumusi pun bangkit kembali mengambil peran strategis untuk membela kaum buruh di Indonesia. (HMS)