Ayo Ikuti Cerita Para Anggota Komisi III DPR Ikut Latihan Tembak!

 Ayo Ikuti Cerita Para Anggota Komisi III DPR Ikut Latihan Tembak!

para rombongan anggota Komisi III DPR RI yang mengikuti latihan tembak

JAKARTA – Sebanyak 25 anggota Komisi III DPR RI yang tergabung dalam K3TSC (Komisi 3 Tactical Shooting Club) dinyatakan lulus mengikuti uji ketangkasan menembak dalam bidang tembak reaksi Perbakin, Jumat (20/10).

Uji ketangkasan dimulai dengan ujian tertulis mengenai penggunaan senjata yang aman, akurat dan cepat.

Untuk diketahui, K3TSC adalah club menembak yang anggotanya mayoritas anggota Komisi III DPR RI itu didirikan 10 September 2016 oleh beberapa anggota Komisi III antara lain, Bambang Soesatyo (FPG), Akbar Faisal (FNasdem), Adies Kadir (FPG), Sahroni (FNasdem), Risa Mariska (FPDIP), Erma S Manik (FDemokrat), Nasir Jamil (FPKS), Asrul Sani (FPPP), M Toha (FPKB), Dossy Iskandar (FHanura), Daeng Muhammad (FPAN) dan Sufi Dasco (FGerindra).

Para anggota Komisi III DPR RI yang ikut K3TSC

Para pencetus Club menembak K3TSC menceritakan bahwa tembak reaksi dulu disebut combat shooting dan dibawa pertama kali tahun 1997 ke Indonesia. Dan kini cabang menembak inilah yang sangat digemari.

Prinsipnya, setiap orang bisa menembak. Asal sudah berbunyi dar der dor itu namanya sudah menembak, namun kemana arah tembakan itu harus kena. Itulah tembak reaksi, tepat sasaran, cepat dan dapat mengenai target.

Tembak reaksi bukan cuma aksi Olah raga yang menggunakan senjata api sungguhan ini tampak sangar dan macho. Tapi juga di butuhkan kecermatan, kecepatan dan ketepatan untuk dapat bermain lihai menembak tepat sasaran sambil beraksi atau moving.

Menurut Masinton dari Fraksi PDIP yang juga sore itu uji keterampilan menembak mengatakan, Seorang petembak reaksi harus siap dengan pistol di tangan dan tiga buah magazin penuh berisi peluru tertancap di holsters (semacam ikat pinggang).

Lengkap dengan kaca mata bening atau hitam untuk keamanan matabdan penutup telinga agar tak pekak karena suara letusan tembakan. Di belakang petembak ada seorang timer atau pencatat waktu yang akan selalu lantang berteriak, “Ok, are you Ready…, shoot!”
…dar…dar…dar!

Bunyi letusan pistol akan terus bergulir dari sasaran satu ke sasaran berikutnya. Sang petembak sambil berlari menuju sasaran lain dengan sangat cekatan mengganti magazin peluru dan langsung ditembakkan ke target.

Hingga akhirnya, menurut Masinton satu stage diselesaikan dengan tiga magazin berisi seratusan peluru habis ditembakkan.

Para anggota DPR RI dari Komisi III yang tergabung dalam K3TSC (Komisi 3 Tactical Shooting Club). Tembak! Dor! Dor!

Risa Marisa, yang juga dari Fraksi PDIP menceritakan kesannya seperti sedang ada penyerbuan sungguhan. Seru dan menegangkan. Dalam pertandingan tembak reaksi biasanya menggunakan simulasi atau stage seperti pada situasi sesungguhnya.

Contohnya, ketika sedang mengamankan dokumen atau sedang membebaskan sandera. Meskipun menggunakan senjata api, tembak reaksi ini olah raga sipil. Karena sasarannya atau target tidak ada yang berbentuk seperti manusia. Berupa bentuk hexagonal atau segi enam dari besi atau kertas.

Jika sang petembak salah tembak, luput dari sasaran atau peluru nyasar nilainya akan dikurangi. Yang menarik, meskipun berondongan peluru meletus tak henti-hentinya, pistolnya bukan jenis otomatis. Ketika tidak sedang menembak pun, jari telunjuk petembak yang ada di trigger harus selalu berada di luar.

“Karena kita selalu menekankan keamanan. Karena olah raga ini menggunakan senjata api dan peluru tajam, kalau ketahuan melanggar aturan ini nilainya akan dikurangi ,” jelas Sahroni dari Fraksi Nasdem yang telah terlebih dahulu mengantungi brevet menembak Perbakin tahun lalu.

PISTOL SUNGGUHAN

Kita pada Practical Shooting yang diterjemahkan menjadi tembak reaksi ini menggunakan pistol sungguhan. Maksudnya, bukan senapan angin atau senapan untuk berburu. Pistolnya senjata genggam berkaliber besar berukuran 9mm sampai kaliber 11mm. Di sini yang menggunakan pistol jenis kaliber 9mm adalah anggota TNI dan Polri.

Pertandingan tembak reaksi skala internasional yang diselenggarakan IPSC sebenarnya tak hanya menggunakan senjata genggam. Tetapi juga mempertandingkan penggunaan senjata jenis senapan atau senjata laras panjang.

Tembak reaksi di Indonesia terus berkembang pesat. Dari awal hingga sekarang tembak reaksi ini tetap olah raga sipil. Dalam perjalanan waktu, tembak reaksi juga dilatihkan untuk operasi khusus anggota militer. Jadinya klop, karena militer tak perlu membeli pistol dan peluru sendiri, apalagi mereka juga perlu terus berlatih.

Semisal berlatih kalau ada perampokan, teroris atau pembajakan bagaimana caranya menghadapinya dengan cepat dan tepat dalam menembak. Tembak reaksi ini bisa diaplikasikan. Dengan kemampuan tembak reaksi anggota militer bisa menggunakan peluru seefektif mungkin dan tepat sasaran.

Dalam tembak reaksi yang dinilai adalah jumlah tembakan per detik yang dicatat oleh timer. Poin yang diperoleh ketika menembak target dibagi jumlah tembakan per detik tadi. Jadi tak hanya jitu menembak sasaran tetapi juga perlu cekatan dalam menembak. Beda sepersekian detik saja bisa kalah nilainya.

Olahraga yang mengandung sensasi ini memang kelihatan asik. Gagah dan macho. Dalam lomba pun bisa menggunakan jalan cerita. Misalnya sedang mengalami perampokan, menghadapi teroris dan sebagainya.

Siapapun boleh ikut tembak reaksi asalkan sehat jasmani dan rohani. Tetapi kalau Anda orangnya kagetan apalagi latah, sebaiknya tak usah mencoba olah raga tembak reaksi ini. Berbahaya!

Senjata yang dipakai tembak reaksi adalah Senjata genggam. Yaitu pistol dan revolver. Bedanya, pistol ada yang semiotomatis dan otomatis menggunakan magazin peluru. Sedangkan revolver tidak otomatis menggunakan silinder untuk peluru berisi 5, 6 atau 8 peluru (seperti punya Cowboy).

Ada lima divisi yang dipertandingkan dalam tembak reaksi yaitu open, standar, revolver, production, dan modified.

Sepandai-pandainya petembak tembak reaksi, alat sangat berpengaruh dalam perolehan nilai. Ibaratnya pistol yang digunakan sama dengan motor yang digunakan untuk balap dari kelas 150 cc sampai 500 cc.

Saat Anggota Komisi III DPR RI yang tergabung K3TSC (Komisi 3 Tactical Shooting Club) yang rehat sejenak

Dalam divisi Open, penembak Boleh menggunakan pisir (alat bidik) lebih canggih atau kerap disebut Optical side atau kekeran dan Menggunakan magazin yang panjang. Bisa berisi 27 peluru, untuk yang ukuran medium berisi 21 peluru. Dalam divisi open pistol petembak juga ada kompensator yaitu alat untuk mengarahkan gas buang dari ledakan peluru adanya di ujung laras pistol. Gas buang dari ledakan peluru akan dilempar ke atas.

Berbeda dengan Divisi Standar yang menggunakan pistol standar
Dengan magazin isi 16 peluru
Dan alat bidik hanya mengunakan pisir yang ada di pistol

Begitu juga dengan Divisi Production. Dimana senjata yang dipakai militer dan alat bidik yang hanya ada di pistol saja.

Divisi Modified, Petembak boleh menggunakan Pistol standar yang dimodified. Boleh memakai lubang di laras sebagai kompensator tetapi tidak boleh menggunakan kompensator. Dalam divisi ini, kendati boleh menggunakan optical side namun tidak boleh menggunakan magazin panjang.

Syarat untuk dapat mengikuti pertandingan adalah, memiliki club menembak dan wajib lulus dulu ujian dan penataran serta Bersertifitkat

Selain club menembak K3TSC yang beranggotakan mayoritas anggota Komisi III DPR RI, di Jakarta Pengda Perbakin DKI ada kurang lebih 50 klub menembak.

Sebagai petembak pemula, biasanya Senjata dipinjamkan oleh club. Namun peluru harus beli sendiri Rp.5000 per butir. Sekali berlatih seorang petembak biasanya menghabiskan 200-500 butir peluru.

Senjata harus disimpan di gudang penyimpanan senjata Perbakin. Yang boleh dibawa pulang hanya senjata beladiri berkaliber kecil, yakni 32mm atau 22mm.

Ada dua jenis peluru. Minor dan major yang dipertandingkan. Major hentakan lebih besar dan high power. Ada alat chronograph untuk melihat power dari peluru. Untuk minor 125-159 untuk major 160-180 power factor. (BS)

Facebook Comments Box