Tokoh Muda Jakarta ini Prihatin dengan Kondisi Betawi

 Tokoh Muda Jakarta ini Prihatin dengan Kondisi Betawi

M Sanusi (Songkok Merah), Saat Menerima Cinderamata dari Wakil Ketua Bamus Betawi

Jakarta, LintasParlemen.com— Tokoh muda Jakarta dari partai Gerindra, Ir.H.M.Sanusi meluangkan waktunya untuk hadir dalam acara pelantikan Pengurus DPP Rumpun Masyarakat Betawi (RMB) di Gedung Balai Rakyat Condet, Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (20/3/2016).

Dalam sambutannya, M Sanusi yang akarab disapa bang Uci ini menyampaikan rasa bangga karena dapat berkumpul bersama dengan Keluarga Besar Warga Betawi dalam kegiatan Pagelaran Kesenian & Kebudayaan Warga Betawi sekaligus Pelantikan Pengurus DPP RMB.

“Dibawah pimpinan sahabat saya Bang H Nur Ali SH. yang Insya Allah sebentar lagi akan dilantik oleh sahabat saya Bang H Zainudin selaku wakil Ketua Bamus Betawi, kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Balai Rakyat Kelurahan Bale Kambang, Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur yang banyak warga Betawi menyebutnya sebagai wilayah Condet. Bicara wilayah Condet , bukan sebuah daerah yang asing bagi saya, karena saya adalah bagian dari masyarakat Condet, di karenakan keberadaan Sekretariat Mohamad Sanusi Center ( MSC ) berada di Wilayah Condet sejak tahun 2013,” paparnya.

Bang Uci selaku kader muda Partai Gerindra DKI Jakarta yang saat ini juga menjabat sebagai Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta ini mengungkapkan bahwa masyarakat Jakarta, Betawi, adalah bagian yang tidak akan terlupakan dalam catatan sejarah perjalanan hidupnya.

“Saya dilahirkan dan dibesarkan di tanah Betawi pesisir, tepatnya di kelurahan Warakas Kecamatan Tanjung Priuk Jakarta Utara. Bang Uci sebagai anak Betawi , sangat prihatin dengan kondisi Betawi saat ini. Lahan warga Betawi yang sudah mulai habis , budaya Betawi sudah hampir punah , serta persaingan usaha para warga Betawi yang semakin hari semakin sempit dengan banyaknya pelaku usaha yang datang dari berbagai daerah,” bebernya.

Ia mengungkapkan, kota Jakarta, selain sebagai ibu kota negara, Jakarta juga sebagai kota pemerintahan, kota bisnis, kota metropolitan dan berbagai jenis kota melekat di Jakarta. Sehingga dilihat dari perspektif fungsi kota, Jakarta bisa di kategorikan sebagai kota yang paling serakah di dunia.

Keserakahan di Jakarta yang sudah menahun, memiliki implikasi negatif bagi warga Betawi sebagai penduduk asli kota Jakarta. secara psikologis warga Betawi hanya bisa pasrah dengan keserakahan yang terjadi di tanah leluhurnya.

“Warga Betawi di tengah kota sudah mulai tergeser ke pinggir kota bahkan banyak juga yang pindah keluar kota, ini terbukti warga suku Betawi di Jakarta sisa hanya sekitar 28 persen,” ungkapnya.

Menurutnya, derasnya arus kebudayaan metropolitan yang individualistik , matrelialistik serta pola hidup konsumtif tidak diimbangi dengan etos kerja yang kuat sehingga menimbulkan kerawanan sosial. Tidak bisa dipungkiri sebagian warga betawi mengalami pergeseran nilai nilai kepribadian yang identik dengan kepribadian para warga betawi yang ramah, santun & rajin mengaji.

“Kondisi pahit yang dialami warga Betawi harus disikapi dengan sikap elegan sebagai bagian dari proses pendewasaan para warga Betawi yang sangat kental dengan sikap santun dalam berucap , santun dalam bersikap dan santun dalam berbuat,” tandasnya. (rls)

Facebook Comments Box