Dari California, Delegasi DPR RI Kunjungi Laboratorium Canggih di AS
CALIFORNIA – Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai potensi sumber energi panas bumi (geothermal) terbesar di dunia. Namun sayangnya, hingga saat inipun pemanfaatan energi geothermal di Indonesia tersebut belum dioptimalkan sebagai energi masa depan yang ramah lingkungan.
Hal ini yang menjadi catatan penting dalam Kunjungan Muhibah Wakil Ketua DPR RI bidang Korinbang DR. Agus Hermanto (F-PD) ke Amerika Serikat selama sepekan ini (4-8 Desember 2017).
Turut mendampingi antara lain Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari Fraksi Partai Golkar Satya Widya Yudha, Ramson Siagian (Komisi VII/F-Gerindra), Nurdin Tampubolon (Komisi I/F-Hanura) serta Yandri Susanto (Komisi III/F-PAN).
Agus Hermanto menjelaskan, jika Indonesia tidak memulai dari sekarang menyiapkan energi alternatif maka anak cucu kita tidak akan memiliki energi yang cukup untuk kehidupannya di masa depan.
“Kita punya cukup besar potensi geothermal, tapi kenapa tidak berkembang. Ini harus menjadi komitmen seluruh _stake holder_ dan _political will_ bersama untuk mengembangan energi baru dan terbarukan, termasuk energi geothermal,” paparnya usai bertemu Prof. Mark C. Thurber, Guru Besar dan Associate Director Program On Energy And Sustainable Development, Universitas Stanford, San Francisco, Amerika Serikat.
Kunjungan kali ini akan diakhiri besok dengan meninjau langsung lapangan geothermal di Ormat California, delegasi DPR RI juga berkesempatan mengunjungi salah satu laboratorium cukup bergengsi, yaitu Lawrence Berkeley Laboratory, di California.
Turut serta dalam kunjungan ini antara lain Direktur Operasi PT Pertamina Geothermal Energy, Ali Mundakir serta dari Kementerian ESDM dan KLHK RI.
Menurut Satya Widya Yudha, poin penting yang bisa dipelajari dari kunjungan ke laboratorium yang cukup canggih di Negara Paman Sam tersebut antara lain bagaimana strategi pengelolaan energi Amerika yang berkelanjutan tersebut disiapkan secara matang dan bagaimana pengembangan berbagai teknologi untuk EBT khususnya energi geothermal.
“Selain itu, kita juga mengetahui bagaimana pemetaan karakteristik dari cadangan geothermal di masing-masing lokasi berdasarkan HEAT, PERM dan SEAL secara menyeluruh di AS, dengan demikan diketahui secara akurat lapangan yang bisa dikembangan secara komersial dengan menyediakan teknologi yang cocok,” papar Satya.
“Di negara maju seperti AS, semua strategi kebijakan energi disiapkan secara visioner. Salah satunya melalui Laboratorium Lawrence Barkeley yg dikelola oleh Universitas California Berkeley ini. Bahkan, kita tahu adanya keberpihakan Negara Bagian California yang sangat pro-perubahan iklim, padahal bertentangan dengan kebijakan Presiden Donald Trump. Ini posisi ini patut diapresiasi,” ungkap Satya.
Politisi Partai Golkar itu mengaku mendambakan dalam waktu dekat untuk bisa mendorong terbentuknya center of excellent khususnya bidang geothermal di Indonesia. Menurut Satya, pusat riset unggulan geothermal nasional tersebut nantinya bisa bekerjasama dengan pusat-pusat riset geothermal dunia.
“Alangkah hebatnya Indonesia jika bisa memiliki center of excellent, sehingga potensi geothermal yang kita miliki bisa dioptimalkan sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional ke depan, ” tandas Satya. (Agung)