Tulisan Jelang Kongres HMI, Amunisi Cabang ke Kongres
Oleh: Irfan Safari, Ketua Umum HMI (MPO) Cabang Makassar
Menuju Kongres XXXI Sorong, Papua Barat tinggal menghitung minggu sejauh ini belum ada isu-isu gagasan untuk merumuskan masa depan HMI.
Kader-kader HMI lebih disibukkan dengan isu-isu intimidasi, provokasi dan propoganda melalui edaran surat dari HMI DIPO yang sejak awal hasil Kongres Pekanbaru dengan terpilihnya Mulyadi P. Tamsir dengan rekomendasi rekonsiliasi antara kedua kubu sehingga berulang kali ngotot datang ke sekretariat PB HMI MPO di Jl. Kenanga Pasar Minggu.
Namun, demi etika menjaga stabilitas HMI sehingga PB HMI tidak pernah mengundang PB HMI DIPO ke Sekretariat karena ditakutkan munculnya berbagai stigma-stigma negatif.
“Tetapi kader-kader HMI tidak boleh gentar dengan hal-hal seperti itu”
Apa hal yang paling subtansial untuk menyambut Kongres dan kira-kira apa amunisi Cabang untuk menghadapi pergelaran Kongres XXXI Sorong?
Itu menjadi sebuah pertanyaan untuk kita semua sebagai kader HMI, Setidaknya kita mengintropeksi diri. Melihat ke dalam apa kekurangan kader-kader HMI.
Jika kita refleksi beberapa Kongres yang digelar coba kita amati terkait dengan hasil-hasil Kongres adakah perubahan subtansial terkait aturan-aturan organisasi HMI MPO.
Paling setiap momentum kongres hanya melahirkan Ketua Umum PB HMI, itu hal yang paling buruk dalam sejarah HMI MPO, jika kita berkaca pada sejarah kader-kader dulu mampu menyempurnakan aturan-aturan organisasi kita misalkan mulai AD, ART, Khittah Perjuangan dan seterusnya.
Apa yang terjadi dengan kader-kader HMI sekarang apakah kita tidak memiliki referensi bacaan. Menurunnya kualitas intelektual, kader-kader sudah cenderung pragmatis, stagnannya produk ilmu pengetahuan dan kader-kader hanya mengedepan simbol-simbol organisasi dan mengabaikan hal-hal yang subtantif.
Itu menjadi refleksi kita bersama, saya khawatirnya Kongres ke depan tidak menghasilkan apa-apa kecuali hanya melahirkan Struktur Pimpinan HMI.
Jika kita refleksi beberapa Kongres yang digelar coba kita amati terkait dengan hasil-hasil Kongres adakah perubahan subtansial terkait aturan-aturan organisasi HMI MPO.
Paling setiap momentum kongres hanya melahirkan Ketua Umum PB HMI, itu hal yang paling buruk dalam sejarah HMI MPO, jika kita berkaca pada sejarah kader-kader dulu mampu menyempurnakan aturan-aturan organisasi kita misalkan mulai AD, ART, Khittah Perjuangan dan seterusnya.
Apa yang terjadi dengan kader-kader HMI sekarang apakah kita tidak memiliki referensi bacaan, menurunnya kualitas intelektual, kader-kader sudah cenderung pragmatis, stagnannya produk ilmu pengetahuan dan kader-kader hanya mengedepan simbol-simbol organisasi dan mengabaikan hal-hal yang subtantif.
Padahal kader-kader HMI slalu mengeluh terkait dengan kekurangan-kekurangan aturan-aturan organisasi yang perlu disempurnakan sesuai dengan kebutuhan dan dinamika jaman.
Spirit HMI merupakan spirit perubahan sehingga kader-kader HMI harus terus berikhtiar dalam merubah ataupun menyempurnakan aturan-aturan organisasinya, Kader-kader HMI sudah memahami bahwa aturan-aturan organisasi bukanlah sesuatu yang final yang tidak bisa dirubah ataupun disempurnakan misalkan Khittah Perjuangan sebagai paradigma gerakan HMI.
Jika kader-kader HMI memahaminya sebagai konsepsi idiologis yang belum sempurna untuk itu kader-kader HMI harus ada upaya untuk menyempurnakannya sehingga gagasan-gagasan kader HMI teraktualisasikan.
Dalam pandangan saya bahwa kita sebagai Pelakon organisasi bisa dianggap adanya kemajuan dan peningkatan berpikir akan dilihat sejauhmana penyempurnaan-penyempurnaan konsep ataupun aturan-aturan organisasi.
Peradaban manusia tidak akan maju tanpa ada seorang idiolog-idiolognya oleh karena itu HMI harus mampu melahirkan idiolog-ideolog yang bermanfaat untuk organisasi, umat dan bangsa.
Itu menjadi refleksi kita bersama, mudah-mudahan Kongres XXXI di Sorong Provinsi Papua Barat dapat melahirkan gagasan-gagasan konstruktif dan produktif terkait arah organisasi HMI kedepannya dan tidak hanya menghasilkan Struktur Pimpinan HMI.
Wallahualam bisyawab!