Difteri Makin Mengancam, Komisi IX DPR Geram Kinerja Kemenkes tak Optimal

 Difteri Makin Mengancam, Komisi IX DPR Geram Kinerja Kemenkes tak Optimal

Difteri penyakit yang disebut-sebut mematikan yang harus diwaspadai

PATI – Anggota komisi IX DPR RI yang menangani masalah kesehatan Imam Suroso mengatakan, hingga kini wabah penyakit Difteri sudah melanda berbagai daerah di Indonesia yang tersebar di 23 provinsi. Kejadian tersebut sudah dilaporkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) akibat penyakit mengerikan ini.

“Di Jawa Tengah sudah ada dua balita penderita Difteri yang meninggal, yakni di Kota Semarang dan Kabupaten Karanganyar,” kata Imam pada wartawan, Pati, Kamis (14/12/2017).

Untuk itu, politisi PDI Perjuangan itu meminta pihak pemerintah serius menangani penyakit mematikan yang kebanyakan menyerang anak-anak ini. Dan, lanjutnya, penangannya harus benar-benar dilaksanakan secara tuntas.

“Kita ingin penyebaran wabah ini tak meluas, dan pemerintah bisa melakukan pemetaan secara terintegral agar penanganannya dilakukan secara fokus dan terarah. Setiap calon pasien yang terindikasi kena penyakit itu segera ditangani, jangan ditunda,” ujar Imam.

“Saya juga ikut prihatin atas penyebaran penyakit Difteri di Jawa Tengah yang menyerang bayi di Semarang dan Karanganyar. Kami berharap Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera menangani secara serius. Jangan sampai masyarakat dibuat menderita karena wabah penyakit ini,” terangnya.

Politisi asal Daerah Pemilihan (Dapil) III Jawa Tengah yang meliputi Pati, Rembang, Blora, dan Grobogan, red ini mengkritisi kinerja Kemenkes. Menurutnya, Kemenkes perlu membuat kebijakan yang memproritaskan langkah pencegahan dan bagaimana penyakit ini tidak meluas ke tempat lain.

Ia menilai, mewabahnya penyakit Difteri ini disebabkan karena kurang optimalnya kinerja Kemenkes dalam program imunisasi nasional. Karenanya, ia berjanji, di Komisi X DPR akan mengundang pihak Kemenkes untuk dilakukan evaluasi kinerja.

Apalagi, tambahnya, program imunisasi belum maksimal dan lengkap sesuai dengan periodesasinya. Padahal, jika ditangani secara serius dan terencana, penyakit tersebut tak menyerang manusia khususnya anak-anak.

“Masih ada bayi yang tidak mendapatkan DPT. Tidak hanya itu, yang mendapatkan DPT pun rata-rata di bawah usia satu tahun. Setelah itu, di usia dewasa mereka tidak mendapatkan imunisasi lagi,” terangnya. (ROY)

 

Facebook Comments Box