Meninggalnya Guru SMA I Torjun, DPR: Pelajaran Budi Pekerti Penting Diajarkan pada Anak Didik

 Meninggalnya Guru SMA I Torjun, DPR: Pelajaran Budi Pekerti Penting Diajarkan pada Anak Didik

JAKARTA – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Sutan Adil Hendra (SAH) menyayangkan atas meninggalnya Ahmad Budi Cahyono, seorang guru SMA 1 Torjun, Sampang, Madura Jawa Timur karena dipukul murid yang diajarnya.

SAH menilai hal ini sebagai muara dari lemahnya pendidikan budi pekerti di tanah air. Untuk itu, ia meminta agar pelajaran budi pekerti kembali diajarkan kepada anak didik di sekolah.

“Kejadian ini ironi yang menyedihkan dalam dunia pendidikan kita. Sulit rasanya generasi seusia menalar guru harus meninggal dianiaya oleh siswanya sendiri,” kata SAH, Jumat (2/2/2018).

Untuk itu, pihaknya mendorong aparat penegak hukum segera menuntaskan kasus ini. Karena bagaimanapun kematian seorang guru perlu ada upaya penegakan hukum secara tegas, serta memberi efek jera.

Menurut politisi Gerindra ini, Kejadian tersebut menurutnya harus menjadi pelajaran bagi pengambil kebijakan dunia pendidikan, dan mengevaluasi sistem pengajaran yang berlaku sekarang ini.

“Berkaca dari kasus ini, tentu ada yang kurang tepat dari sistem pengajaran kita saat ini, dimana anak-anak tidak lagi menghormati guru di ruang kelas, apalagi sampai memukul dan menghadang untuk kembali memukuli gurunya sepulang sekolah, hanya karena yang bersangkutan di marahi di ruang kelas,” jelasnya.

SAH pun meminta semua pihak melakukan evaluasi baik dari sistem pengajaran dan kurikulum. Karena menurutnya akar masalah dari kejadian ini adalah kurang pendidikan budi pekerti di sekolah.

“Dulu kita diajarkan Pendidikan Moral Pancasila, sebagai nilai – nilai bersikap sebagai seorang murid dalam kehidupan sehari – hari, sehingga pelajaran ini terpatri dalam aspek kehidupan sehari-hari, hormat pada guru, menyayangi teman dan bersikap budiman,” imbuh politisi asal dapil Jambi itu.

Untuk itu, SAH meminta pemerintah dalam hal ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk segera mewajibkan mata pelajaran untuk diajarkan kembali di sekolah. Ia tidak ingin di tengah globalisasi informasi yang hal ini sebagai muara dari lemahnya pendidikan pekerti di tanah air. (Sofyan)

Facebook Comments Box