‘Jangan Bertumpu APBN, Swasta Didorong Danai Riset’
JAKARTA – Pengembangan ilmu dan teknologi nasional di masa depan akan semakin maju jika didukung oleh riset dan penelitian yang mumpuni. Ironisnya, kegiatan riset dan penelitian di Indonesia hingga saat ini masih belum menjadi hal yang dianggap penting. Bahkan, dana riset di Indonesia adalah paling kecil dibanding negara-negara ASEAN lainnya.
Demikian dikatakan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Satya Widya Yudha dalam Focus Group Discussion (FGD) tentang “Hilirasasi Inovasi Hasil Riset untuk Industri & Jasa” yang diselenggarakan dalam rangka HUT ke-50 Fraksi Partai Golkar, di Pressroom DPR RI, Senin (12/2). Pembicara lain yang hadir adalah Dwi Sucipto (Ketua PP IKA ITS), Kristiono (Ketua Masyarakat Telematika), Irnanda Laksanawan (Dewan Riset Nasiolan) serta Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristek RI Jumain Appe.
“Sayangnya, di Indonesia pengembangan riset dan penelitian belum mendapat tempat prioritas. Ini terendah di negara-negara ASEAN. Kecilnya dana riset ini, tidak memiliki daya dorong untuk menghasilkan IPTEK mendukung Innovation Driven Economy (IDE),” beber Satya yang juga Ketua Dewan Pakar IKA ITS ini.
Disebutkan, dana riset Indonesia hanya 0,08 persen dari PDB. Tentu sangat kecil dibandingkan China yang mencapai 1,5 persen dan Korea 3,4 persen dari PDB. Bahkan, 80 persen dana riset dan penelitian masih bertumpu pada pembiyaan APBN. Kita perlu mendorong keterlibatan swasta dalam riset dan penelitian sebagai prasyarat dukungan tercapainya IDE. Berbeda dengan Korea, di mana 80 persen risetnya didanai dan dilaksanakan oleh swasta, terutama industri.
“Riset harus menjadi penopang sektor strategis nasional. Tidak bisa bertumpu lagi hanya pada pembiayaan APBN. Idealnya, swasta harus lebih banyak terlibat dalam riset. Dana riset kita tahun 2017 hanya Rp 24 triliun (APBN dan swasta). Bandingkan dengan Malaysia, 52 persen dana riset dari swasta. Yang, penting harus menghilangkan ego-sektoral,” tandas Satya, anggota DPR dari Dapil Jatim IX ini.
Sementara itu, Dirjen Penguatan Inovasi Kemenristek RI Jumain Appe yang juga menjadi pembicara FGD menyampaikan, riset dan penelitian harus menjadi basis pengembangan Iptek di masa depan dengan melibatkan semua stake holder, termasuk swasta.
“Semua proses penelitian harus mengarah ke proses hilirisasi, harus ada implementasi dalam penelitian. Diperlukan sinkronisasi lintas sektoral mengingat posisi strategis riset yang menyentuh secara langsung setiap sektor pembangunan nasional,” papar Jumain.
Ia berharap dukungan dari Komisi VII DPR RI dalam rangka hak budgeting untuk memperbesar porsi anggaran riset dan penelitian dalam APBN. Selain itu, juga mendorong peran serta industri dalam mengembangan hilirisasi riset dan penelitian di sektor-sektor strategis nasional. (Agung)