Ridwan Hisjam Sebut 8 Penyebab Turunnya Minat Baca di Indonesia
MALANG – Anggota Komisi X DPR RI Ridwan Hisjam menjelaskan dalam UUD 1945 pasal 20 dan 20a memberi mandat kepada DPR menjalankan fungsi legislasi dalam penyelenggaraan negara. Di antara Komisi X DPR RI membidangi pendidikan dan kebudayaan, pariwisata, olahraga.
“Dalam UUD 1945 itu memberi amanat pada Komisi X berperan sebagai mitra kerja perpustakaan nasional (Perpusnas) yang berperan aktif dalam membuat peraturan perundang-undangan tentang perpustakaan nasional Indonesia,” kata Ridwan saat menghadiri acara Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Gedung Gajayana Malang, Selasa (27/2/2018).
DPR yang memiliki fungsi anggaran, pengawasan dan legiasileg, Komisi X DPR berupa agar Perpusnas untuk menyusun program prioritas yang inovatif untuk mengembangkan perpustakaan untuk menarik minat budaya gemargmembaca.
Seperti dalam UUD 1945 sudah dijelaskan terkai untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan pasal 7 ayat 1 huruf (e) pemerintah berkewajiban menggalakkan promosi gemar membaca dan memanfaatkan perpustakaan.
“Di situ sudah jelas jika kegiatan yang berkaitan dengan mencerdaskan bangsa harus kita dukung,” ujar Ridwan yang juga Wakil Ketua Fraksi Golkar tersebut.
Menurut Ridwan, berdasarkan hasil survei BPS, minta baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Hasilnya, masyarakat masih lebih suka menonton TV. Alasan itu harus ada cara supaya mampu meningkatkan minat masyarakat terhadapembaca seperti, perpustakaan harus disesuaikan dengan kultur masyarakat zaman now sehingga memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Di antaranya, lanjutnya, Perpustakaan harus menjadi tempat yang menarik. Selain itu, usulnya, Perpustakaan mesti mendukung kurikulum pendidikan.
‘Dan perpustakaan harus menyesuaikan dinamika teknologi, dan yang terakhir penciptaan suasana psikologis yang mendukung. Pihak SDM yang mengelola perpustakaan harus tahu selera masyarakat sehingga produktif inovatif kompetitif dan menunjang kinerja perpustakaan itu sendiri,” paparnya.
Ridwan juga menyampaikan, filosofi perpustakan bukan sekedar rak-rak lemari yang diisi dengan buku. Namun perpustakaan itu untuk mendorong masyarakat pembelajar, serta perpustakaan mampu membentuk aktivitas edukatif bagi komunitasnya.
“Tak hanya itu masalah kita, mengingat apresiasi masyarakat kita pada perpustakaan masih rendah. Kedua, minat kaum cendekia untuk menulis masih tergolong rendah. Ketiga, ketersediaan buku masih terbatas, dan harga buku mahal,” terangnya.
Keenam, ungkap Ridwan, distribusi buku di sejumlah daerah di Indonesia belum merata. “Kedelapan, ketersediaan buku-buku untuk sekolah masih belum memenuhi hakikat, dan terakhir belum ada aturan yang mengatur ke perbukuan secara komprehensif,” aku Ridwan. (Suryadi)