Utang Sudah Lampu Kuning, Krisis Ekonomi Bisa Terjadi
Oleh: Musni Umar, Sosiolog dan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Pada 28 April 2018, Group WA Aku Cinta Indonesia (ACI) mengadakan silaturrahim di restoran Lembur Kuring, kawasan SCBD Jakarta Selatan dalam rangka menyambut ramadhan.
Dalam kesempatan itu hadir beberapa tokoh seperti Fuad Bawazier, Tedjo Edhy, Ito Sumardi, Hj. Melani Leimena, Hj. Dewi Motik Pramono, Andi Nurpati dan lain-lain. Sekitar 40 orang dari berbagai kalangan menghadiri acara silaturrahim tersebut.
Pada pertemuan itu, saya minta kepada Bung Taufik, pemrakarsa pertemuan supaya Pak Fuad diberi kesempatan pertama untuk memberi pencerahan kepada peserta pertemuan.
Krisis Dipicu Utang
Sebagai sosiolog, saya mendengar dengan seksama ceramah Dr. Fuad Bawazier, bahkan saya rekam dalam video.
Salah satu bagian yang dikemukakan dan amat penting diketahui publik bahwa utang Indonesia sudah masuk kategori lampu kuning. Pemerintah selalu membandingkan besaran utang Indonesia yang relatif lebih kecil dibandigkan dengan Jepang, pada hal utang pemerintah Jepang dari Bank Sentral Jepang dan dari rakyat Jepang. Sementara mayoritas utang Indonesia dari pihak asing.
Menurut Fuad, sumber krisis ekonomi adalah dari utang. Italia sebagai contoh, mengalami krisis ekonomi yang luar biasa karena tidak bisa bayar bunga dan utang yang sudah jatuh tempo.
Indonesia berpotensi mengalami krisis seperti Italia, akibat besarnya utang pemerintah Indonesia. Karena semakin besar utang semakin besar pula kewajiban membayar utang dan bunga
Menurut Fuad, kita masih bisa bertahan karena terus berutang dan utang baru selalu lebih besar dari jumlah cicilan utang pokok dan bunga. Utang baru dipergunakan untuk menutup defisit anggaran, membayar cicilan utang dan bunga serta untuk membayar gaji pegawai.
Melihat gambaran di atas, Indonesia berpotensi gagal membayar utang dan bunga di masa depan. Kalau itu terjadi, maka Indonesia akan mengalami krisis, dan kita akan kesulitan luar biasa, karena yang mengalami krisis utang adalah pemerintah, dan pertanyaannya, siapa yang menolong pemerintah?
Sebagai gambaran, tahun 1997, Indonesia mengalami krisis utang, tetapi yang mengalami krisis adalah swasta, sehingga pemerintah Indonesia bisa turun tangan membantu pihak swasta dengan menggelontorkan dana yang luar biasa besar ke berbagai perbankan nasional yang di sebut Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Hanya malangnya BLBI itu disalahgunakan para konglomerat, sehingga sampai saat ini negara masih menanggung bebas utang dari BLBI.
Apa Harus Dilakukan?
Selain masalah utang, kita menghadapi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
Menurut Fuad tidak mudah mengatasinya karena Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, memiliki keterbatasan devisa.
Menghadapi situasi yang tidak mudah saat ini, apalagi kita memasuki tahun politik Pilkada serentak 2018 dan Pemilu 2019, saya mengharapkan, pertama, sebagai bangsa kita harus banyak berdoa kepada Allah dan bekerja sama, semoga krisis tidak terjadi di negara kita.
Kedua, harus bekerja lebih keras sesuai profesi kita masing-masing untuk meningkatkan produktivitas.
Ketiga, tidak panik dengan memborong dolar sehingga semakin memperlemah rupiah dan memperburuk kondisi ekonomi kita
Keempat, untuk menahan pelemahan rupiah, saya mendesak mereka yang memegang dolar untuk melepas dengan membeli emas atau rupiah.
Kelima, sebaiknya kita berhenti atau sekurang-kurangnya mengurangi berutang, supaya beban utang tidak semakin berat. Selain itu, semakin efisien dan hidup sederhana.
Keenam, selalu siap menghadapi kemungkinan yang terburuk termasuk perubahan rezim.
Semoga Allah menolong bangsa Indonesia.
Allahu a’lam bisshawab