Din Cocok Dampingi Jokowi, Ini 4 Alasannya…
JAKARTA – Direktur Eksekutif Zona Politika Indonesia Anas Raja Andi menilai Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Din Syamsuddin memiliki empat kelebihan lain dibandingkan calon wakil presiden (Cawapres) yang digadang-gadang mendampingi Joko Widodo (Jokowi) pada pemilu presiden (Pilpres) 2019 mendatang.
“Ada 4 keunggulan Figur Din Syamsuddin. Pertama, secara geopolitik Din mewakili orang Indonesia Timur yang secara historis selama 3 kali pemilihan langsung, representasi orang indonesia timur 2 kali terpilih di posisi wakil presiden,” kata Anas saat ditemui di kafe Mandaling, Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Selasa (17/7/2018).
Kelebihan menurut Anas, Din adalah Tokoh Agama yang merepresentasikan umat Islam Indonesia. Apalagi selama ini, halayak umut sudah sangat paham Din adalah kader yang di Muhammadih. Bahkan Din, disebut-sebut menggantikan KH Said Aqil Sirajd memimpin NU di masa akan datang.
Seperti diwartakan, Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj memberikan sambutannya dalam pembukaan kongres V Jam’iyyatul Qurra Wal Huffazh. Saat sambutan, Aqil menyebut Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Din Syamsuddin selaku mantan ketua IPNU.
“Yang saya muliakan bapak presiden RI, Insinyur Haji Joko Widodo. Para menteri kabinet kerja, menteri agama Lukman Hakim. Bapak Gus Din Syamsuddin, mantan Ketua IPNU cabang Bima,” ujar Aqil di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (11/7/2018) kemarin.
Din sejak kecil berkultur NU karena Bapaknya dari NU. Din pun didik dengan kultur pendidikan NU dengan bersekolah di SD NU, SMP NU, dan SMA NU hingga menjabat Ketua IPNU Sumbawa, Bima.
Ia pernah sebagai pembicara dalam Rakernas dan Mukernas Muslimat NU di Gedung Serba Guna 1 Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Jumat (30/5/2014) lalu. Ia diundang dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum MUI menggantikan Kiai Sahal Mahfudh. Namun ia tidak bisa mengelak bahwa ia adalah Ketua Umum PP Muhammadiyah yang pernah aktif di NU.
Kata Din, di Muhammadiyyah, dia telah menjabat ketua umum selama dua periode, sehingga tak mungkin mencalonkan diri kembali. Karena itu memungkinkan bagi dia untuk kembali aktif di NU.
“Saya sudah dua periode dan tak bisa mencalonkan lagi, kalau di Muktamar NU nanti saya kembali ke NU harap diterima. Saya bersedia kalau jadi penasihat Muslimat NU,” katanya berseloroh lagi.
“Tak hanya itu, Din juga salah satu Representasi kelompok gerakan 212 yang dominan menjadi basis Prabowo Subianto,” ujar Anas.
Alasan keempat Din bisa mendampingi Jokowi, ia adalah tokoh yang dekat dengan seniman dan budayawan. Itu bisa menjadi kekuatan tersendiri dari Din jika mendampingi Jokowi kelak.
“Itu terlihat saat pak din menjabat ketua umum PP muhammadiyah mampu menggaet banyak artis dalam pembuatan film “Sang Pencerah” yang cukup sukses di dunia perfiliman,” terangnya.
Keempat, lanjut Anas, Din adalah tokoh yang punya kemampuan diplomasi luar negeri, karena menjabat sejumlah organisasi dunia seperti Presiden-Moderator Konferensi Asia Agama untuk Perdamaian (ACRP) yang berbasis di Tokyo, Jepang dan Co-President of Religions for Peace International yang berbasis di New York, Amerika Serikat.
“Ke empat kriteria ini sangat pas secara kekuatan elektoral pemilih dan menutupi kekurangan jokowi disektor diplomasi luar negeri,” pungkas Anas. (HMS)