Umat Islam RI Segera Bersiap Sambut Tatanan Baru Naik Daunnya Islam dan China, Redupnya Adidaya Amerika
Fundamental peradaban Barat dibangun di atas pandangan hidup sekular. Pandangan hidup ini berlainan dengan pandangan hidup Islam maupun konfusionisme yang hidup dalam masyarakat China.
Sekular, secara ringkas ialah sejajar dengan ateisme. Ateis memandang ide tentang Tuhan adalah non sense. Sedangkan sekular, ide tentang peranan Tuhan, merupakan non sense dalam kehidupan politik. Tuhan tidak perlu dilibatkan dalam politik.
Dan ini berarti, manusia berada di atas Tuhan, karena dapat memenjarakan titah Tuhan dalam urusan politik. Jadi sebenarnya, 11 – 12 dengan ateisme. Malahan lebih gentlement ateis ketimbang sekularis. Sebab sekularis di satu sisi mengakui adanya Tuhan, tapi sikap dan perbuatannya dalam politik, hakikatnya mengolok-olok dan melecehkan Tuhan.
Tapi abad sekular yang dipimpin dan dikawal oleh Amerika ini, tengah berderak menuju rontok. Sejak kehadiran Republik Islam Iran melalui Revolusi pada tahun 1978-1979, peradaban sekular ini mulai kehilangan legitimasinya. Sekarang ditambah lagi oleh kehadiran Imarat Islam Afghanistan yang dimenangkan oleh Taliban melalui perang. Makin habislah keabsahan dan popularitas sekularisme sebagai alas dasar bangunan negara nasional.
Tatanan Dunia pun tengah berubah. Indonesia, khususnya pemerintahan sekular tradisional, tampaknya belum siap menghadapi perubahan. Jika rezim sekular tidak siap, sepatutnya kaum Muslim berubah tanpa harus tunduk pada rezim sekular. Sebab ke depan, kontestasi peradaban akan lebih mengemuka ketimbang kontestasi ekonomi.
Umat manusia tengah mencari jati diri peradaban masa lalunya dan jati dirinya sendiri, ketimbang melulu mengejar kemewahan demi kemewahan. Apalagi isu lingkungan secara global turut pula menciptakan suasana bagi orientasi peradaban tersebut. Kesadaran akan rusaknya lingkungan telah dimaknai akibat orientasi pertumbuhan ekonomi melulu.
Di antara tanda perubahan itu ialah munculnya pemerintahan Sunni di Asia Tengah yang akan bersaing dengan Iran Syiah yang sudah lama membangun pengaruhnya di dunia Islam.
Sementara itu, Amerika makin kehilangan kewibawaannya di tengah rongrongan China dan Rusia. China sudah lama menggebu-gebu untuk menghentikan adidaya Amerika yang angkuh dan interventif.
Pemerintahan sekular Indonesia yang sudah 74 tahun berkuasa, tidak punya visi masa depan, kecuali sekedar mempertahankan hegemoni internalnya yang inward looking. Dan mereka akan segera tergilas dengan perubahan yang cepat, baik oleh sengitnya persaingan internasional maupun oleh cepatnya revolusi teknologi komunikasi yang mempersingkat jarak dan melumerkan batas-batas teritorial.
Rezim sekular Indonesia, hanyalah sisa-sisa epos abad 20 dan kelangsungan mereka hanya tergantung dengan tidur pulasnya umat Islam Indonesia.
Peranan Islam di era mendatang akan makin besar dan determinan dalam setiap perubahan, terutama di negeri-negeri mayoritas Muslim. Paradigma Sekular akan makin tidak relevan.
Dunia tengah menyambut pertarungan tidak sekedar politik nasional, tapi pertarungan peradaban.
Chinalah yang memantik hal ini, dan Afghanistan sudah memulai pertunjukannya.
Umat Islam Indonesia harus buru-buru menyadari keadaan dan perubahan. Kalau tidak, akan menjadi romusha bagi bangsa-bangsa pemenang perang.
~ Torkinn Lee