Konversi ke Elpiji 3 Kg, Pertamina Klaim Hemat Subsidi 197 Triliun
Jakarta, LintasParlemen.com— PT Pertamina (Persero) melansir jika program konversi minyak tanah ke elpiji 3 kg yang direalisasikan sejak 2007 lalu telah terdistribusi sebanyak 57,19 juta paket dan mengklaim berhasil menghemat subsidi sebesar Rp197,05 triliun
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Purponegoro mengatakan program konversi mengungkapkan, program konversi ini sukses dalam waktu cepat.
“Bahkan, katanya, program tersebut telah menjadi contoh bagi negara-negara lainnya,” ujarnya seperti yang dikutip dari laman Pertamina.com, Sabtu (13/2/2015).
Menurut Wianda, indikator suksesnya program ini dapat dilihat dengan terdistribusinya 57,19 juta paket hanya dalam waktu 9 tahun program berjalan, dan mengubah pola konsumsi energi masyarakat secara masif dari semula minyak tanah ke elpiji 3 kg.
“Program ini juga mendorong kemajuan industri tabung elpiji dan membuka lapangan kerja, di mana hingga saat ini sebanyak 89 juta tabung elpiji 3 kg beredar di masyarakat,” bebernya.
Secara akumulatif, tutur Wianda, akibat konversi ini penghematan subsidi yang berhasil dicapai sejak pertama kali bergulir hingga saat ini mencapai Rp 197 triliun, dimana konsumsi minyak tanah turun dari 9,85 juta KL pada 2007 menjadi hanya 850 ribu KL di tahun 2015.
Dia juga mengungkapkan saat ini konversi telah dilakukan diseluruh Indonesia, kecuali Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat berikut pulau-pulau kecil yang sulit untuk dikonversi karena keterbatasan infrastruktur dasar. Saat ini, terdapat 3.250 agen dan 128.044 pangkalan Elpiji 3kg yang tersebar hingga pelosok.
“Saat ini Pertamina fokus dalam upaya penyediaan Elpiji kepada masyarakat yang terus mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.”ungkapnya.
Wianda menjelaskan, pertamina memproyeksikan konsumsi Elpiji 3 kg tahun ini sebesar 6,6 juta metrik ton. Meningkat dibandingkan dengan realisasi permintaan pada tahun lalu sebesar 5,57 juta metrik ton.
“Pertamina berkomitmen tinggi untuk memanfaatkan LPG hasil produksi dalam negeri. Saat ini tambahan produksi dalam dalam negeri dapat diperoleh dari RFCC dan TPPI,” tutupnya.