Fraksi PKS Kembali Gelar Lomba Baca Kitab Kuning 2021, Dr Salim: Islam, Ulama, dan Santri Faktor Penting Keindonesiaan
JAKARTA – Fraksi PKS DPR RI kembali menggelar Lomba Baca Kitab Kuning ke-5 Tahun 2021 dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara Launching dilaksanakan dengan Webinar Nasional dengan tema Meneladani Ulama dan Santri Dalam Menghadirkan Harmoni Anak Bangsa, Rabu 20 Oktober 2021.
Acara yang dihelat secara virtual melalui akun resmi PKS ini menghadirkan narasumber K.H. Toha Kholili (Pengasuh Ponpes Al-Muntaha Alkholiliyah, Bangkalan, Madura, Jatim) dan Dr. KH. Asep Ahmad Fathurrahman Lc. M.Ag (Pengurus MUI Jawa Barat/Pengasuh Ponpes Modern Nur Rohmah Bandung Jabar) serta dibuka secara resmi oleh Ketua Majelis Syuro PKS Habib Dr. Salim Segaf Aljufri.
Ketua Majelis Syuro PKS Habib Dr. Salim Segaf Aljufri dalam arahannya mengapresiasi program unggulan Fraksi PKS DPR ini sebagai bentuk komitmen untuk memperjuangkan kepentingan umat dan menegaskan pentingnya peran ulama, santri, dan pesantren dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Lomba ini sekaligus sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu para ulama sebagai pewaris para nabi. Serta bentuk apresiasi terhadap para santri yang giat mempelajari ilmu agama sebagai bekal pembentukan karakter bangsa. Di samping itu, lomba ini merupakan upaya untuk mengokohkan nasionalisme Indonesia yang relijius,” ungkap Salim.
Menteri Sosial RI 2009-2014 ini menggarisbawahi pentingnya menghormati ulama dan santri karena mereka selalu hadir sepanjang sejarah Indonesia sebelum kemerdekaan, saat melawan penjajahan, pembentukan dasar dan konstitusi negara serta dalam mempertahankan kemerdekaan. Ulama selalu hadir dengan ijtihadnya yang solutif dalam setiap permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia.
“Islam, ulama, dan santri adalah faktor penting dari keindonesiaan. Kehadiran mereka merekat persatuan, menjaga harmoni di tengah kemajemukan, mengkohkan cinta tanah air, menjaga karakter bangsa, dan memajukan Indonesia. Sejak dulu fatsoen politik ulama dan umat Islam bercirikan kebangsaan dan wasathiyah. Maka, jangan sekali-kali melupakan sejarah “jas merah” dan jangan sekali-kali menghilangkan jasa ulama “jas hijau”,” ungkapnya. (J3)