Prospek Partai Kebangkitan Nusantara
…
Tempo mencatat, kabar berdirinya Partai Kebangkitan Nusantara, masuk salah satu kabar terpopuler, bersaing dengan kabar lomba mural oleh Kapolri.
Saya kira ada beberapa faktor mengapa partai ini masuk menjadi kabar populer versi Tempo.
Pertama, kaitan partai dengan Anas Urbaningrum. Anas Urbaningrum rupanya tetap memiliki magnet politik bagi publik Indonesia. Sekalipun masa artikulasi politiknya tidak berapa lama di Partai Demokrat sampai akhirnya dia dipenjara, namun tidak bisa disangkal, kesan profilnya yang tenang, teduh, cerdas, santun, kapabel dan meyakinkan, tidak bisa dilupakan banyak orang. Orang mungkin merindukan sosok semacam Anas.
Ketika Partai Kebangkitan Nusantara diluncurkan ke publik dan kemudian dikaitkan dengan figur Anas Urbaningrum, publik terpicu mencari tahu, sejauh mana partai ini berhubungan dengan tokoh muda tersebut.
Kedua, penunjukan Gede Pasek Suardika yang sebelumnya sedang menjabat Sekretaris Jenderal Partai Hanura. Gede Pasek Suardika dengan posisi setinggi dan sestrategis itu, tapi mau melepas kedudukannya demi membesarkan sebuah partai baru, Partai Kebangkitan Nusantara. Publik tentu penasaran, seperti apa sebenarnya partai ini. Musti arti kehadiran partai ini penting, hingga Gede Pasek Suardika meninggalkan kedudukannya sebagai Sekjen pada partai yang masih memiliki sejumlah besar kursi DPRD di seluruh Indonesia. Terlepas dirinya merasa tidak leluasa mengartikulasikan gagasannya pada partai besutan Wiranto tersebut, tindakannya melepas jabatan sekjen merupakan antitesa atas kecenderungan orang mencari kedudukan yang mapan.
Ketiga, nama partai dan simbolnya, mencerminkan kelanjutan proyek politik besar Indonesia. Melampaui kalkulasi kursi dan segmen dukungan politik. Partai ini terkesan kuat sebagai partai pergerakan untuk mewujudkan gagasan Indonesia Raya yang siap menghadapi tantangan masa kini, yaitu di antara merengseknya imperium China Raya dan mengerasnya reaksi radikalisme Pax Amaricana.
Partai-partai yang ada sama sekali tidak menunjukkan reaksi mereka yang terang benderang terkait tantangan yang paling krusial tersebut bagi eksistensi Indonesia ke depan, apalagi untuk membimbing massa bagaimana menghadapi dan mengatasi kedua masalah hegemoni internasional tersebut.
Dari lambang dan warna partai, terlihat latar warna panji-panji majapahit, yaitu Sang Saka Getih-Getah atau Sang Saka Gula Kelapa melingkari garuda, burung mitos keperkasaan. Sang Saka Getih-Getah dipercaya sebagai panji kemenangan pasukan Raden Wijaya (raja pertama Majapahit) dalam pertempuran pertama melawan pasukan Dinasti Yuan dari Tiongkok. Bendera Sang Saka Getih-Getah atau Sang Saka Gula Kelapa pertama kali berkibar, tercatat dalam prasasti Kudadu dengan angka tahun 1292M.
Saat ini memang, Indonesia memerlukan partai politik tidak sekedar berebut kursi, tapi bagaimana melanjutkan proyek dan cita-cita 1928 maupun 1945. Sekarang ini, hampir semua partai, lebih sibuk memastikan kepentingan sempit partainya ketimbang kepentingan nasional. Rakyat telah mengeluh bagaimana sulitnya mencapai kehidupan layak saat ini, tapi para oligarki yang kebanyakan menguasai partai-partai malahan memperkaya dirinya sendiri dan terendus menyembunyikan keuangannya di luar negeri. Para pemimpin partai tersebut sama sekali tidak merespon keluhan rakyat terhadap investasi asing, khususnya RRC, yang berpotensi menjadi imperialisme dan kolonialisme ekonomi. Mereka malah menikmati keuntungan bisnis dari investasi tersebut.
Partai Kebangkitan Nusantara tampaknya akan diarahkan untuk menjawab tantangan-tantangan paling fundamental dan krusial untuk Indonesia saat ini. Menjamin persatuan nasional dan mewujudkan kemakmuran yang merata dan inklusif, merupakan alasan eksistensialnya. Namun memastikan Indonesia tidak boleh menjadi sapi perah dan objek eksploitasi bagi negara-negara superpower yang sengit bersaing, tampaknya merupakan pendorong sekaligus tujuan strategis dari hadirnya partai ini.
Semoga saja jika hal tersebut dapat disemarakkan, maka prospek partai ini akan berkilau dan mengisi kekosongan harapan yang ada di tengah kemuakan publik atas berkuasanya partai-partai dalam kehidupan nasional.
~ Bang SED