Sudahlah Moeldoko, Akhiri Sudah Permainan Ini

 Sudahlah Moeldoko, Akhiri Sudah Permainan Ini

Kubu KSP Moeldoko kalah lagi. Keok lagi. Layaknya permainan sepak bola yang tidak sebanding. Moeldoko tak pernah sekalipun menang dalam ‘pertandingan’ ini jika diibaratkan pertandingan olahraga.

Begitu mungkin kalimat pas untuk menggambarkan perlawanan kubu Moeldoko usai langkah hukum di Mahkamah Agung (MA) ditolak lagi. MA menolak permohonan gugatan judicial review atau peninjauan kembali (PK) terhadap AD/ART Partai Demokrat (PD). Tak tanggung-tanggung upaya judicial review  Moeldoko cs itu menggunakan jasa Yusril Ihza Mahendra.

Seperti yang sudah-sudah. Kubu Ketua Umum PD Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sudah memperkirakan gugatan itu akan ditolak. Kok bisa? Karena AHY menilai sejumlah gugatan yang diajukan kubu Moeldoko tidak masuk akal.

Bagi AHY cs, keputusan yang menetapkannya sebagai ‘pemenang’ sudah diperkirakan sejak awal. Bahkan AHY berani menyimpulkan bahwa judicial review yang diajukan kubu Moeldoko itu ke MA hanyalah akal-akalan Moeldoko semata. Tujuan utamanya, menurut AHY, Moeldoko ingin merebut demokrat dari tangannya.

“Kami yakin, gugatan itu akan ditolak, karena gugatannya tidak masuk di akal. Judicial review terhadap AD/ART Demokrat itu hanyalah akal-akalan pihak Moeldoko saja, melalui proxy-proxy-nya, yang dipimpin pengacara Yusril Ihza Mahendra,” ujar AHY, Rabu (10/11/2021) kemarin.

Ibarat permainan sepak bola. Pola permainan Moeldoko sudah terbaca saat pertandingan sedang digelar. Wajar jika kubu AHY menang mudah.

Usai menang di MA. AHY mengibaratkan Demokrat adalah aset properti yang bernilai tinggi. Dari awal, Moeldoko tidak memiliki sertifikat yang sah atas properti tersebut namun mereka berusaha memilikinya.

Benar saja, sertifikat yang sah hanya satu diakui pemerintah yang saat ini di kantongi oleh AHY sebagai pegang mandat hingga 2025 mendatang. Dan tidak pernah Moeldoko mendapatkan sertifikat pengesahan dari pemerintah atas kepemilikan properti Partai Demokrat tersebut. Sehingga, bisa disimpulkan tidak ada hak sekecil apa pun bagi  Moeldoko atas propertiPartai Demokrat itu. Wajar saja jika kubu AHY ‘marah’ atau melawan saat Moeldoko mengganggu rumah tangga orang.

Dengan kondisi seperti ini, sejatinya Moeldoko cs berpikir ulang jika melanjutkan pertandingan di partai berikutnya melawan AHY cs. Mengingat, dengan berbagai strategi yang ditempuh oleh kubu Moeldoko tidak akan menang dengan AHY.

Kenapa Moeldoko cs tidak berpikir membuat partai politik saja mengikuti jejak Amien Rais dan Fahri Hamzah. Meski membandingkan Amien dan Fahri pada persoalan ini namun sikap legowo kedua tokoh tersebut patut dicontoh, meski keduanya adalah pendiri partai. Berbeda dengan Moeldoko di Partai Demokrat yang bukan siapa-siapa.

Mumpung waktu tiga tahun masih ada jika memang Moeldoko ingin berlaga di pemilu 2024. Jangan menghabiskan energi hanya mengurus langkah hukum yang menghabiskan waktu saja. Lebih baik waktu dan energi Moeldoko cs digunakan untuk hal yang pasti-pasti saja. Jangan berspekulasi yang tidak ada harapan menang.

Berpikir jernih sejenak. Itu yang harus ditempuh oleh Moeldoko jika ingin memiliki karir politik cemerlang di 2024 kelak. Jangan sia-siakan waktu dan kesempatan berjuang pada sesuatu yang tidak ada harap padanya.

Belanda masih jauh. Itu kata jika Moeldoko punya titik fokus pada pemilu 2024. Ayo legowo saja. Sapatau 2024 adalah milik Moeldoko cs. Semoga!

Facebook Comments Box