Mengapa Orang Begitu Pelit dengan Akses Ekonomi Apalagi Politik?
..
Pada tulisan yang lalu, kita telah menguraikan faktor penyebab langgengnya kemiskinan dan ketimpangan kemakmuran dalam umat Islam. Yaitu pelitnya orang-orang kaya dan berpengaruh dari umat Islam untuk menyebarkan akses kekayaan dan akses kekuasaannya dalam rangka melepaskan jeratan kemiskinan pada orang-orang Muslim.
Tidak seperti penyebaran iman dan pengetahuan, hal mana orang-orang kaya dan berpengaruh dapat dengan antusias melakukan dan menyokongnya. Tetapi bgitu tiba dalam masalah akses kekayaan dan kekuasaan dalam kata lain, yaitu akses ekonomi dan politik, orang-orang kaya dan berpengaruh menjadi begitu kikir dan pelit.
Masalahnya ialah karena akses ekonomi atau akses kepada kekayaan dan akses kepada kekuasaan, berhimpitan dengan kepentingan pribadi, kelangsungan hidup dan rahasia orang per orang. Dalam lingkungan yang menyuburkan individualisme, tentu saja kedua hal ini sangat sensitif dan kritikal.
Bilamana dalam masalah iman dan pengetahuan dapat dicapai dengan jalan menuntut dan meminta saja, tetapi dalam soal ekonomi dan politik, atau dalam soal akses kekayaan dan akses kekuasaan, orang harus berjuang keras merebutnya. Tidak cukup dengan doa. Malahan dalam soal akses kekuasaan, orang terkadang harus meraihnya dengan peperangan, baik terbuka maupun tertutup.
Hampir tidak ada seorang pun dalam dunia individualisme dan kapitalisme, dapat dengan ringan dan ikhlas melepaskan akses kekayaan dan kekuasaannya untuk disebarkan dan diberikan kepada orang lain, kecuali orang itu bagian dari pada keluarga dan kelompoknya.
Ini sebabnya mengapa jurang kemiskinan dan kesejahteraan demikian lebar, mendalam dan akut di kalangan umat Islam. Karena akses hanya dipegang segelintir elit monopoli.
Mengimpikan penyebaran kekayaan, kemakmuran dan kekuasaan berjalan mudah sebagaimana halnya penyebaran iman dan pengetahuan kepada umat Islam, hanyalah impian kosong.
Sekarang ini, akan lebih baik dan relevan memusatkan perhatian untuk menuntut penyebaran akses kekayaan dan akses kekuasaan dari sesama umat Islam, dari pada menuntutnya dari non Muslim. Alasannya, selain karena tuntutan agama, juga tuntutan moralitas nasional. Adapun terhadap non Muslim, hanya bertolak dari alasan moralitas nasional saja, halmana sila kelima Pancasila mengamanatkannya. Tetapi terhadap sesama Muslim, berlaku dua alasan: agama sekaligus moralitas nasional.
Namun jangan pernah berhayal, mereka yang kaya dan berpengaruh akan melepaskan kepentingan dan kenyamanannya kepada masyarakat umum, sampai masyarakat umum itu menuntutnya dengan keras dan tegas, baik terorganisir maupun dengan cara-cara efektif lainnya.
~ Bang SED