Kemenangan Gerakan Mahasiswa 2024 Masih Jauh dari Rampung
Gerakan Mahasiswa sejak dulu, dasar moral dan motifnya adalah untuk memastikan kepentingan umum terlindungi dan menang. Sekali moral kepentingan umum dilukai, apalagi dipamerkan kepentingan umum itu disiksa dan dihina oleh karena penguasa mampu melakukan itu, maka otomatis gerakan mahasiswa akan bangkit melawan.
Dia tidak akan peduli dengan marabahaya. Masalahnya bagaimana makna semacam ini dapat disadari dan menyebar dalam persepsi pemimpin-pemimpin gerakan mahasiswa.
Biasanya penguasa sendiri yang melatih dan mendidik mahasiswa untuk memahami kenyataan semacam itu melalui kebijakan dan tindakan-tindakan penguasa yang menyimpang berulang-ulang mementingkan diri sendiri dan menepiskan kepentingan umum. Dan bangkitnya gerakan mahasiswa 2024 ini, sejatinya karena itu, kendatipun sudah lama mereka terlatih untuk menjalankan aksi demonstrasi dan keberanian untuk menghadapi penguasa.
Sekarang, gerakan mahasiswa ini sudah menyelesaikan sebagian dari pekerjaan rumah (PR) sejarah mereka. Tapi menurut saya, masih jauh dari rampung. Karena penguasa yang mereka tekan, masih tetap mengontrol kekuasaan dan bisa sewaktu-waktu memukul serangan gerakan mahasiswa.
Terlihat di media sosial, sudah mulai muncul tagar #SAVE JOKOWI dan vibes serta suara-suara semacam itu, yang hakikatnya mencoba melawan arus yang dibawa oleh gerakan mahasiswa. Gejala ini harus diwaspadai dan tidak boleh diberikan ruang untuk memengaruhi opini publik. Sebab para buzzers piaraan ini dari semenjak awal tidak peduli dengan kepentingan publik.
Jadi sekarang, gerakan mahasiswa masih harus merawat stamina tenaga dan moral mereka. Sebab sewaktu-waktu, bisa saja, keadaan dan opini berbalik, dan bisa-bisa dimanfaatkan oleh rezim untuk menindas gerakan mahasiswa.
PR gerakan mahasiswa tidak boleh diserahkan kepada politisi dari mana pun, sebab sifat dan motifnya berbeda. Politisi biasanya lebih mementingkan kepentingan diri dan kelompok ketimbangn kepentingan mutlak masyarakat secara umum. Politisi biasa berselancar dan mengambil faedah popularitas dari situasi yang tersedia diberikan oleh sejarah, guna merebut kekuasaan.
Sebab itu, gerakan mahasiswa tidak perlu silau dengan para politisi yang berselancar untuk meraih popularitas, kendatipun tidak harus menutup saluran komunikasi ke berbagai pihak yang paralel bertujuan memenangkan kepentingan umum yang sempat hendak dihancurkan oleh motif membangun dinasti.
Walhasil, gerakan mahasiswa harus memanfaatkan situasi yang agak mengendur untuk mengkonsolidasikan kekuatan antar mereka melalui para pemimpin-pemimpinnya. Mereka jika mungkin harus membuat suatu komunike bersama atau target bersama secara normatif maupun aplikatif sesuai tingkat pikiran dan kesadaran mereka terhadap tantangan yang mereka identifikasi.
Kalau boleh menyarankan, pemerintahan setelah Jokowi, harus memastikan aspirasi dan semangat yang dijelmakan dari gerakan mahasiswa 2024, terakomodasi, terutama memastikan demokrasi berjalan sebagaimana yang diamanatkan konstitusi, kehidupan ekonomi yang lebih adil serta hukum yang tidak tebang pilih. Dan gerakan mahasiswa bila perlu, harus membuat deal dengan pemerintahan yang akan datang, sebelum situasinya berubah.
Bhre Wira, mantan aktivis mahasiswa yang sempat merasakan gelombang pendudukan gedung DPR oleh mahasiswa pada 1998