Netty Prasetiyani Dorong Kesehatan Mental Generasi Muda Demi Indonesia Emas 2045

 Netty Prasetiyani Dorong Kesehatan Mental Generasi Muda Demi Indonesia Emas 2045

JAKARTA  – Anggota Komisi IX Netty Prasetiyani Aher menyampaikan bahwa kesehatan mental generasi muda saat ini terancam karena hadirnya standar kebahagiaan dan kesuksesan ala media sosial.

“Generasi muda kita terpapar oleh standar nilai di media sosial yang seringkali tidak relevan dengan kondisi real di lapangan. Anak-anak kita banyak yang tidak sadar bahwa apa yang dipertontonkan oleh para influencer di media sosial sebagiannya hanyalah gimmick untuk menarik viewer,” kata Netty dalam sambutannya pada Seminar Kesehatan Mental Generani Muda untuk Indonesia Emas 2045 yang diselenggarakan Bidang Kesejahteraan Sosial DPP PKS dan Garuda Keadilan, Jumat, 28 Februari 2025.

Padahal, kata Netty, generasi muda merupakan faktor kunci dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

“Generasi Z yang saat ini berusia produktif akan menjadi pemimpin dan penggerak bangsa di masa depan. Oleh karena itu, kita harus memastikan bahwa mereka mendapatkan dukungan yang cukup, baik dari segi kebijakan, lingkungan sosial, maupun layanan kesehatan mental,” ujarnya.

Menurut Netty, berbagai tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini, seperti tekanan akademik, persaingan kerja, serta pengaruh media sosial, dapat berdampak pada kesehatan mental mereka.

“Jika tidak ditangani dengan baik, hal ini bisa berpengaruh pada produktivitas dan stabilitas sosial ekonomi bangsa ke depan,” terangnya.

Seminar ini menghadirkan narasumber ahli, antara lain dr. Imran Pambudi, MPHM (Direktur Pelayanan Kesehatan Kelompok Rentan Kementerian Kesehatan RI), Dr. Irfan Aulia Syaiful, S.Psi., M.Psi., Psikolog (Praktisi Kesehatan Mental), serta Amatullah Basiimah (Deaf Learning Center Ibtisamah), yang membahas berbagai strategi dalam menjaga kesehatan mental generasi muda.

Imran Pambudi menyampaikan hasil penelitian I-NAMHS tentang kesehatan mental generasi muda dimana 34,90% remaja berusia 10 -17 tahun mengalami gangguan jiwa, bahkan 1,40% -nya sampai pada tingkat memiliki pemikiran utk bunuh diri. Sayangnya, penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa hanya 2,6% yang mengakses layanan konseling di yankes.

Oleh karena itu, Irfan Aulia sebagai praktisi kesehatan mental meminta generasi muda agar jangan menjadikan konten media sosial sebagai ukuran dalam menilai diri sendiri. “Jika ada tanda-tanda yang mengganggu aktivitas rutin seperti: tidak nafsu makan, sulit bangun tidur padahal tidak begadang, dan lain-lain, jangan konsultasi lewat tiktok atau instagram untuk melabeli diri bipolar atau depresi.
Anda harus datang ke professional untuk mendapatkan diagnosis yang benar,” katanya.

Sementara Amatullah Basiimah sebagai narasumber yang juga penyandang disabilitas (tuna rungu), memaparkan bahwa kesehatan mental disabilitas tergantung pada kemampuannya menerima kondisi diri sendiri dan adanya dukungan keluarga. “Kesehatan mentalnya akan optimal jika memiliki keluarga yang memahami, menerima, mendukung dan mempercayainya dengan penuh cinta sehingga ia mampu menjadi subyek dalam berbagai aspek kehidupan,” katanya

Oleh karena itu, sebagai anggota Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan kependudukan, Netty menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan kebijakan yang berpihak pada kesehatan mental generasi muda.

“Kita perlu menciptakan ekosistem yang mendukung anak-anak muda agar mereka bisa berkembang dan berkontribusi maksimal bagi bangsa. Salah satunya adalah dengan memperkuat ketahanan keluarga,” ungkap Netty.

“Keluarga harus menjadi tempat seseorang sehat dan bahagia, bukan justru menjadi salah satu penyebab gangguan kesehatan jiwa. Dukungan keluarga amat diperlukan untuk terus membuka akses bagi anak dan remaja yang mengalami masalah gangguan mental agar mendapatkan solusi,” tutupnya

Facebook Comments Box