Peringati Proklamasi RI 9 Ramadhan, Hidayat: Cinta Islam Kepada Indonesia Dua Kali Lipat

 Peringati Proklamasi RI 9 Ramadhan, Hidayat: Cinta Islam Kepada Indonesia Dua Kali Lipat

Hidayat Nur Wahid bersama Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaeni

JAKARTA, LintasParlemen.com – Tanggal 9 Ramadhan 1437 H yang jatuh Selasa 14 Juni 2016 ini tepat 73 tahun kemerdekaan RI diproklamirkan oleh Soekarno-Hatta. Terkait dengan hal itu Fraksi PKS DPR RI menyelenggarakan acara Tadabbur dan Renungan untuk memperingati dan mensyukuri  Proklamasi RI di Ruang Pleno FPKS.

Selain Ketua Fraksi PKS, Jazuli Juwaeni dan anggota Fraksi PKS DPR lainnya, hadir juga Wakil Ketua MPR RI, Dr Hidayat Nur Wahid MA memberikan refleksi pentingnya mengingatkan masyarakat Indonesia akan sejarah kemerdekaan RI yang diproklamirkan tanggal 9 Ramadhan.

Hidayat mengungkapkan, apa yang dirintis FPKS dengan memperingati proklamasi kemerdekaan RI pada tanggal 9 Ramadhan adalah dalam rangka melaksanakan apa yang diingatkan Bung Karno.

“Bung Karno mengingatkan kita dengan ungkapannya “Jas Merah”, jangan sekali-kali melupakan sejarah,” tuturnya seperti rilis diterima LintasParlemen.com, Jakarta, Selasa (15/06/2016) kemarin.

Dijelaskan Hidayat, peringatan kali ini dilakukan untuk menyegarkan ingatan bangsa Indonesia tentang sejarah kemerdekaan negeri ini. Indonesia, lanjut Hidayat, sesungguhnya bisa dimerdekakan pada bulan Juli sebelum bulan Ramadhan atau September sesudah Ramadhan.

“Namun, Bung Karno, Bung Hatta dan tokoh-tokoh yang terlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia saat itu menyepakati Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 yang adalah di bulan Ramadhan tanggal 9 tahun 1364 Hijriah,” paparnya.

Hidayat Nur Wahid berserta Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaeni
Hidayat Nur Wahid berserta Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaeni

Hidayat menambahkan, semangat bulan Ramadhan itu terlihat pada pernyataan bahwa Indonesia diproklamasikan sebagai berkat rahmat Allah. Hal ini pun disepakati bersama oleh para tokoh bangsa itu. Bukan hanya tokoh dari kalangan Islam, tetapi juga tokoh-tokoh nasional, termasuk AA Maramis tokoh dari kalangan non muslim ketika itu.

“Maka sudah sepantasnya kita mengisi kemerdekaan dengan semangat membawa keberkahan bulan Ramadhan,” tegas Hidayat.

Hidayat menegaskan, renungan refleksi proklamasi RI 9 Ramadhan tidak dalam rangka membelah dari kebiasaan selama ini, yakni 17 Agustus. PKS, tuturnya, tetap memperingati hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus, bahkan lebih luas dan lebih besar lagi.

“Kalau kita peringati hari ini juga (9 Ramadhan), ini membuktikan bahwa cinta kami ke Indonesia tidak main-main. Bahkan, memperingati kemerdekaannya pun sampai dua kali, 17 Agustus dan 9 Ramadhan,” tegasnya.

Hidayat berharap, jika hal ini juga menjadi spirit umat Islam di Indonesia, cinta mereka terhadap negaranya juga menjadi dua kali lipat. Umat Islam, dengan ormas-ormasnya, LSM-LSMnya, partai-partainya dan pesantren-pesantrennya, betul-betul menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan kemerdekaan.

“Bulan yang menghadirkan keunggulan-keunggulan luar biasa. Karena dahulu para founding fathers pun menyepakati Indonesia diproklamasikan kemerdekaannya di bulan Ramadhan,” tandas Hidayat.

Sementara itu Ketua Fraksi PKS DPR RI Jazuli Juwaeni menyatakan, tadabur dan renungan proklmasi RI ini untuk mengingatkan kepada bangsa Indonesia, khususnya umat Islam akan peran pentingnya dalam kemerdekaan Indonesia. Ramadhan dan kemerdekaan bangsa Indonesia, kata dia, tidak dapat dipisahkan.

“Ramadhan yang artinya bulan kemenangan menjadi spirit para pendiri bangsa untuk memproklamirkan kemerdekaan. Dengan spirit Ramadhan juga kita berharap para penerus bangsa saling bahu membahu membangun bangsa ini,” kata Jazuli. (Hidayat)

Facebook Comments Box