DPR Sebut Pola Serangan Terorisme ‘Bom Solo’ jadi Tantangan Kapolri Baru!
SURABAYA, LintasParlemen.com – Menko Polhukam Luhut Pandjaitan, menepis anggapan bahwa pemerintah kecolongan terjadi aksi bom bunuh diri di Solo, Jawa Tengah, Selasa (05/07/2016).
Menurut Luhut, aparat pemerintah tidak kecolongan karena memang sebelumnya sudah diprediksi adanya potensi serangan. Dan bukan hanya itu, Presiden tidak kanget dengan ‘Bom Bali’ itu terjadi.
Pihak Pemerintah sejak Jumat (29/06/2016) lalu sudah menghitungkan akan ada kasus serangan semacam ini. Tapi kenapa tidak ada upaya preventif dari pemerintah?
Meski pemerintah mengatakan tidak kecolongan terkait ‘Bom Solo’. Namun Anggota Komisi III DPR RI Adies Kadir punya pandangan berbeda.
Adies berharap ke depannya dengan Kapolri baru Tito Karnavian, kejadian seperti ini tidak terulang atau kecolongan lagi.
“Kami berharap Kapolri yang baru pak Tito dapat meningkatkan ke Profesionalisme dari Polri dalam penanganan teroris ini, begitu juga dengan BIN. Jangan kalah strategi dengan teroris sehingga mudah kecolongan,” kata Adies saat dihubungi, Surabaya, Selasa (05/07/2016).
Politisi Golkar itu mengaku bahwa pola serangan terorisnya susah ditebak dengan terus melakukan regenerasi di interlnya, bukan hanya kejadiannya di dalam negeri tapi juga di luar negeri seperti ‘Bom Madinah’.
“Memang teroris sekarang ini susah dideteksi gerakannya, mereka juga terus beregenerasi dan semakin canggih. Ini merupakan ancaman serius bagi Polri dan BIN. Mereka harus meningkatkan kewaspadaan dan cara-cara identifikasi atau deteksi dini dari awal terhadap gerakan teroris ini,” terang pria berdarah bugis ini.
“Jangan sungkan-sungkan (Polri) minta bantuan pada TNI, karena teroris sekarang sudah merupakan jaringan yang profesional. Ini bisa kita lihat dari gerakannya akhir-akhir ini. Serangan bom di negara-negara besar seperti Prancis, Jerman, Brussel, Turki, bahkan terakhir di Madinah pusat Islam sendiri,” sambungnya.
Dengan makin maraknya aksi terorisme, Adies meminta kewaspadaan sejak dini kepada seluruh penyelenggara negara bahwa terorisme bisa menyerang kapan saja dan siapa saja.
“Serangan ini mengandung pesan kepada dunia, bahwa teroris sekarang beda dengan yang dulu, tidak dapat lagi dipandang sebelah mata. Untuk ledakan di Surakarta juga mengadung pesan kepada bangsa Indonesia, Presiden dan khususnya Kapolri yang baru, bahwa teroris ada di Indonesia dan kalian harus berhati hati,” pungkasnya. (Mahabbahtaein)