Din Syamsuddin: Jika Umat Islam Indonesia tidak Toleran, maka…
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Tokoh Lintas Agama Din Syamsuddin menilai bahwa kestabilan keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini lantaran buah hasil toleransi umat Islam kepada umat beragama lain di republik ini.
Din mengucapkan terima kasih dan rasa bangga mendalam kepada penganut agama Islam Indonesia yang menjaga nilai toleransi. Sehingga Din beranggapan bahwa jika umat Islam tidak toleran, maka kondisi Indonesia tidak seperti sekarang, sedamai dan tentram.
“Kita harus bangga pada negara ini yang bisa sestabil sekarang ini. Dan kita semua harus sadar bahwa itu berkat toleransi umat Islam Indonesia. Jika umat Islam di negeri ini tidak toleran, ya sudah tentu tidak seperti ini Indonesia sekarang,” kata Din saat dihubungi, Jakarta, Ahad (07/08/2016).
Din menyayangkan sering terjadi selama ini tendensi yang menyudutkan umat Islam. Alasan itu sehingga membuat kerukunan umat beragama sedikit terganggu lantaran perlawanan umat Islam terhadap kedzaliman yang ada.
“Saya meminta tak ada tendensi yang menyudutkan umat Islam lagi. Saya juga menyayangkan, dan tidak ada lagi tedensi yang menyudutkan umat Islam. Di Indonesia, kita tidak ingin ada diktator pihak mayoritas dan tidak ingin ada tirani minoritas. Jika umat Islam tersudut, tertekan, tertuduh secara tidak benar, itu mereka bisa saja ngamuk. Semoga kita semua bisa mengendalikan diri,” harapnya.
Karena itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015 ini, mengajak umat beragama di Indonesia tetap hidup rukun, dan tidak ada lagi unsur-unsur yang bisa menyulut konflik SARA di sejumlah daerah di Indonesia.
“Oleh karena itu, marilah kita jaga dan tetap hidup damai, secara rukun, dan tidak perlu ada hal-hal yang bisa menyulut emosi yang menguji toleransi beragama dan semacamnya,” terangnya.
Chairman Center for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) Din Syamsuddin ini juga angkat suara dan menyayangkan terjadinya kerusuhan bernuansa SARA di Tanjungbalai, Sumatera Utama itu, Jumat (29/08/2016) lalu. (HMS)