Sering Blunder, Setya Novanto Diminta Copot Fahd dari Kepengurusan Golkar

 Sering Blunder, Setya Novanto Diminta Copot Fahd dari Kepengurusan Golkar

Bendera Golkar sedang berkibar

JAKARTA, Lintasparlemen.com – Meski Kongres Konsolidasi Internal Partai Golkar di Bali usai digelar beberapa waktu lalu. Namun benih-benih konflik internal Golkar kelihatannya masih ada. Tidak tahu hingga kapan riak konflik internal partai beringin itu selesai?

Biang kerok dari benih konflik internal itu adalah politisi muda Golkar dan Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) yang pernah ditahan KPK Fahd A Rafiq. Demikian disampaikan Pengamat Politik dan Hukum Indonesia (PHI) Leo Naibaho kepada LintasParlemen, Kamis (11/08/2016).

Parahnya lagi, Leo menyebut Fahd sedang tidak waras dalam melakukan komunikasi politik selama menjabat sebagai Ketua DPP Bidang  Pemuda dan Olahraga. Bukan itu saja keputusan dan sikap Fahd kerap melakukan blunder politik yang bisa merusak bahkan membunuh karakter politik Setya Novanto selaku Ketua Umum Partai Golkar.

“Bagi saya Ketua Umum AMPG itu sudah terlalu kurang waras. Karena sejak menjabat sebagai Ketua DPP Bidang Pemuda dan Olahraga, ia selalu meminta nama Ade Komarudin untuk dicopot Partai Golkar dari Posisinya sebagai ketua DPR,” kata Leo menyikapi sikap Fahd yang berharap Ade Komarudin (Akom) dicopot dari jabatannya sebagai Ketua DPR RI.

Sebagai informasi, Fahd berulang kali menyampaikan aspirasinya untuk menggantikan Akom dari jabatannya dengan kader lainnya sebagai Ketua DPR. Baik itu dalam Forum Rapimnas Partai Golkar maupun dalam acara pelantikan pengurus AMPG beberapa waktu lalu.

“Seharusnya Setya Novanto selaku Ketua umum Partai Golkar sudah bisa menggantikan Fahd dari posisinya sebagai salah satu Ketua DPP. Alasannya simple, karena yang bersangkutan sangat berbahaya bagi politik Partai Golkar ke depannya,” terang Leo.

Leo mengusulkan untuk mencari figur diluar nama Fahd, apalagi dengan sikap ‘kekanak-kanakan’ Fahd bisa menjadi bumerang bagi Golkar di bawah kepemimpinan Setya Novanto.

“Setya Novanto harus mencari Pemuda Golkar yang lebih cerdas, santun dan beretika dalam berpolitik. Bukan politisi muda yang sembrono dan bergajulan dalam memainkan irama ritme politik di Indonesia,” usul Leo.

Jika dilihat dari luar, sambungnya, pertarungan politik dalam tubuh Golkar sudah selesai pasca Munaslub. Saat ini waktunya saling berangkulan kembali dan bersama-sama membesarkan Golkar. Bukan malah saling mematikan karakter, dengan saling ‘membunuh’ hanya menguntungkan lawan politik di luar Golkar. Apalagi pemilu 2019 makin mendekat, dan Pilkada Serentak 2017 mendatang sudah di hadapan mata, seharusnya Golkar fokus memenangi pertarungan politik itu.

“Dengan beredarnya capture Group wa (Whatsapp) PP AMPG di masyarakat, itu membuktikan bahwa ulah Fahd A Rafiq ini sangat membahayakan posisi Setya Novanto dalam kancah perpolitikan nasional, maupun kondisi hukum yang berlaku di Indonesia,” ujar Leo mengingatkan.

“Jika Fahd terus-terusan berteriak ingin pecat Akom sebagai ketua DPR RI, sama saja dengan berteriak membunuh bosnya Setya Novanto. Karena posisi Fahd dalam struktur Golkar sebagai pengurus harian dan di bawah garis koordinasi dengan Setya Novanto langsung. Alasan itu, sehingga kata menyimpulkan bahwa Fahd tak pantas pemimpin pemuda di Partai,” lanjutnya. (HMS)

Facebook Comments Box