‘Waspadalah, Ada Kepentingan Asing di Balik Isu Kenaikan Harga Rokok’
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Beberapa pekan terakhir ini isu terkait rencana kenaikan harga rokok nasional ikut meramaikan perbincangan publik. Ada yang sepakat dengan naiknya harga rokok itu, adapula yang menolak.
Ketua Panitia Kerja (Panja) RUU Pertembakauan DPR Firman Soebagyo menilai bahwa lembaga yang melakukan survei dengan menaikan dua kali lipat harga rokok memiliki kepentingan bisnis dibelakangnya dan akan mematikan penghasilan para petani.
Seperti diwartawan oleh sejumlah media bahwa Lembaga filantropis adalah milik pengusaha kondang Michael Bloomberg yang mengucurkan dana hingga jutaan dolar Amerika Serikat (USD) untuk sejumlah lembaga seperti LSM, perguruan tinggi dan instansi pemerintah dalam rangka program pengurangan penggunaan tembakau di Indonesia.
“Ya meski mereka bilang itu hibah, tapi menurut saya tidak. Saya yakin no free lunch (tak ada makan siang gratis). Karena apapun itu, tak ada dan mustahil sesuatu diberi tanpa imbalan atau niat apapun. Sesuai data yang ada, saat ini sedang terjadinya persaingan urat syaraf antara Bloomberg industri farmasi dengan industri keuangan yang ada,” jelas Firman di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (23/08/2016) kemarin.
Sesuai informasi yang dihimpun lintasparlemen, survei Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hasbullah Thabrany itu dilakukan atas biaya Bloomberg Initiative (BI) untuk kampanye antirokok.
“Kalau saya melihatnya, kemungkinan ada kepentingan dagang yang bisa mengusik industri rokok dalam negeri. Sehingga nantinya rokok yang menggunakan bahan baku tembakau bisa dimatikan dengan pola yang mereka lancarkan. Mereka menggunakan argumentasi bahwa tembakau memiliki kadar nikotin tinggi,” papar Sekjen Soksi ini.
Sekretaris Dewan Pakar Golkar ini mengungkapkan, dengan cara mereka mematikan industri rokok Indonesia, diharapkan akan diganti produk kimia. Seolah-olah produk kimia itu memiliki kadar nikotin rendah, yakni rokok elektrik.
“Jika ini terealisasi. Ini sangat berbahaya bagi kedaulatan NKRI, karena rakyat lagi yang akan dirugikan. Seperti kita tahu bahwa potensi industri rokok dalam negeri sangat luar biasa,” terang Ketum Ikatan Keluarga Kabupaten Pati (IKKP) ini.
“Jika kita bijaksana melihatnya, dari hasil penelitian Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa risiko rokok elektrik cukup tinggi. Sementara berdasar riset di kalangan para dokter, manfaat tembakau cukup banyak bagi kesehatan manusia,” sambung Alumni UGM dan Unpad ini.
Anggota Komisi IV DPR ini sangat khawatir jika harga rokok benar-benar dinaikkan. Karena dinaikannya harga rokok membuat banyak pabrik rokok di nusantara gulung tikar dan berujung pada pengangguran buruh linting rokok.
“Kita harus berhati-hati melihat isu kenaikan harga rokok ini. Karena yang dirugikan lagi-lagi petani kita, dan bisa saja mereka tidak bertani tembakau lagi. Padahal tanam tembakau itu adalah budaya nenek moyang kita. Kretek itu ada heritagenya,” tutupnya. (Yusra)