FS Minta Profesor yang Dibiayai Asing Meneliti Soal Rokok Segera ‘Bertobat’
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Wakil Ketua Badan Legislasi (Baleg) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Firman Soebagyo (FS), meminta kepada seluruh pihak untuk mengendalikan diri dalam menyikapi kenaikan harga rokok di Indonesia hingga Rp50 ribu per bungkus. Pasalnya, awal mula wacana itu dipicu oleh hasil riset Pusat Kajian Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI).
Karena itu, Sekretaris Dewan Pakar Golkar ini, meminta kepada semua pihak berpikir logis terkait isu yang akhir ini terus diwacanakan di berbagai media. Padahal, yang melarang seseorang merokok adalah tindakan melanggar hak asasi manusia.
“Menyikapi hiruk pikuk tentang wacana kenaikan harga rokok saya meminta kepada semua pihak hendaknya dapat mengendalikan diri. Wacana kenaikan harga rokok karena dipicu oleh hasil riset yang dilakukan oleh guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Prof Tabrani yang sudah terkenal sejak awal bersama asosiasinya yang selalu mengadakan perlawanan terhadap RUU Pertembakauan yang dibahas oleh DPR RI,” jelas Firman di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (24/08/2016).
Sekjen Soksi ini merasa yakin dengan adanya rencana kenaikan ini, menjadi perhatian khususu oleh pihaknya di Panja RUU Pertembakauan. Apalagi RUU itu sedang dibahas, di mana dalamnya memuat poin-poin untuk membela kepentingan petani. Sangat berbeda dengan hasil riset tersebut, yang secara jelas akan mematikan industri rokok di dalam negeri.
“Yang menggulirkan wacana kenaikan harga jual rokok Rp50 ribu per bungkus ini kan semacam LSM. Tentu ini sangat tidak rasional. Jangan melarang hak asasi seseorang kalau bicara kesehatan, asap mobil juga tak sehat. Jelas bahwa riset yang dilakukan adalah itu dibiayai oleh pihak asing yang bernama bloomberg dari Amerika. Dan diyakini dibalik itu ada kepentingan tertentu yaitu kepentingan persaingan dagang dan ini dibenarkan oleh pemerhati pertembakauan Gabril, mengaku bahwa gerakan anti tembakau juga diprakarsai oleh korporasi asing yang ingin mematikan industri pertembakauan nasional dengan dalih berkadar nikotin tinggi dan akan digantikan dengan produk farmasi dengan bahan kimia seperti nekotin sintetis,” beber Firman.
Oleh karena itu, FS meminta hendaknya para ilmuwan sekaliber Prof Tabrani segera sadar terkait hasil risetnya itu sebelum terbaca oleh publik. Dan perilaku seperti itu dihentikan karena hanya membuat kondisi perpolitikan nasional makin gaduh dalam situasi bangsa dan negara yang sedang menghadapi persoalan ekonomi yang defisit anggaran yang cukup besar.
“Hendaknya jangan ada pihak yang membuat kegaduhan baru dengan dalih survei dan riset yang belum tentu dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Marilah sebagai abdi negara. Apakah itu ilmuwan para akademisi dan lembaga NGO nasional atau lembaga profesi hendaknya harus berjiwa besar berjiwa negarawan dan mengedepankan kepentingan nasional kepentingan masyarakat bangsa dan negara. Jangan menghalalkan segala macam cara dengan dalih penelitian tapi dibalik itu ada kepentingan finansial yang akan menghancurkan rasa persatuan dan kesatuan bangasa ini,” ungkap politisi senior asal Pati ini.
“Jadilah ilmuwan yang lebih bermanfaat bagi bangsa dan negara bukan justru keilmuan yang dimiliki hanya dipakai untuk kepentingan korporasi asing. Jelaslah sudah sebuah spekulasi besar yang dibangun ilmuwan itu. sudah terjawab dengan adanya diskusi di forum ILC TVONE semalam. Untuk itu marilah, agar kita (DPR) tak ragu lagi menyelesaikan tugas negara dalam penyelesaian RUU Pertembakauan yang sudah sejalan dan sesuai road map,” sambung alumni UGM dan Unpad ini.
Alasan itu, Anggota Komisi IV DPR meminta seluruh pihak termasuk pemerintah untuk menghentikan wacana pro kontra kenaikan harga rokok. FS berpesan agar seluruh elemen bangsa untuk berpikir rasional untuk kemajuan dan kemaslahatan bangsa yang lebih besar.
“Apapun yang terjadi terkait pro dan kontra selama beberapa hari ini kita hentikan dan jadikan pembelajaran kita semua untuk berpikir rasionalitas. Di mana kita harus berpikir membangun bangsa dan demi kepentingan bangsa dan tak terbawa arus kepentingan kelompok tertentu apalagi kepentingan asing yang selalu berkedok kesehatan. Kesehatan penting bagi masyarakat tapi kelangsungan hidup petani masyarakat pelerja juga jauh lebih penting lagi kita pikirkan,” pungkasnya. (HMS)