Terkait Program Menanggulangi Putus Sekolah, Ferdiansyah: Tidak Semua Anak Cocok Sekolah Formal
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Wakil Ketua Komisi X DPR RI ferdiansyah memberikan penilaian bahwa pendidikan formal tidak semuanya cocok dengan anak didik di sekolah. Ada kalanya, anak didik lebih cocok dengan pendidikan informal yang diterap di Indonesia, khususnya untuk menanggulangi fenomena putus sekolah di Indonesia.
“Kita perlu melihat juga pendidikan alternatif sebagai salah satu pilihan untuk memberi pelayanan pada pendidikan di Indonesia untuk memberikan solusi bagi masyarakat yang putus sekolah. Ini sangat realistis karena tidak semua anak-anak cocok dengan pola pendidikan formal di dalam kelas,” jelas Ferdiansyah pada Lintasparlemen.com di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (04/10/2016).
Menurutnya, tujuan dan misi pendidikan nasional seperti yang termuat dalam UUD 1945 adalah untuk mencerdaskan anak bangsa. Dan dalam landasan negara itu tak dijelaskan secara jelas, apa secara formal atau secara informal.
“Kita harus kembali melihat bahwa tujuan pendidikan dan bersekolah kita adalah untuk mencerdaskan bangsa ini dari kebodohan. Caranya ya bisa secara formal atau informal. Yang jelas mereka cerdas untuk memberi daya saing bangsa di masa akan datang,” terang Ferdiansya.
Politisi Golkar ini juga mengungkapkan, anak-anak usia sekolah yang harus membantu keluarga mencari nafkah atau lingkungan mereka tidak kondusif untuk mengikuti pendidikan formal. Pihak sekolah tidak bisa memaksa mereka mengikuti sekolah formal, padahal ada sekolah informal sesuai dengan kondisi mereka.
“Begini usulan saya, daripada kita terlalu memaksa membangun atau menganggarkan pembangunan sekolah formal. Ya lebih baik kita memberikan pendidikan nonformal pada anak-anak kita dengan memberikan program Kejar Paket atau pendidikan komunitas. Apalagi dengan pendidikan cara Kejar Paket dan Pendidikan Komunitas ini relatif murah dan efektif,” jelasnya.
“Kan pendidikan nonformal itu kan ada juga kurikulumnya, menggunakan kurikulum nasional dengan mengikuti waktu dan kemampuan anak didik. Ya bisa dengan belajar di sore hari atau di malam hari. Dengan cara itu, saya rasa dengan begitu daya saing kita bisa maju dari negara lainnya, daripada memaksakan dengan pendidikan formal,” sambungnya politisi asal Dapil Jawa Barat XI ini.
Sesuai data yang dimiliki Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) di tahun 2014 lalau, ada 40,4 persen alasan peserta didik yang tersebar di seluruh Indonesia tidak melanjutkan sekolah karena ketidakmampuan keluarga mereka membiayai pendidikannya.
Sementara ada 12,4 persen siswa putus sekolah karena mereka harus membantu keluarga mereka mencari nafkah. Dan ada 6,6 persen yang tidak melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi karena menganggap bawah pendidikan itu tidak penting, bahkan mereka menganggap pendidikan itu tidak mempengaruhi pengingkatan kesejahteraan keluarga mereka.
Selebihnya, ada 2,9 persen siswa yang tidak melanjutkan pendidikan dengan alasan sekolah mereka sangat jauh jaraknya dari rumah-rumah mereka. (HMS)