Tolak Usung Ahok di Pilgub DKI, Pengurus DPP Golkar Ini Pilih Mengundurkan Diri
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Suhu politik makin memanas. Sederetan kader dan pengurus lebih mendukung calon diluar keputusan partai. Meski kelompok ini banyak yang sembunyi-sembunyi karena takut dipecat bernasib sama dengan kader Hanura yang akhirnya memecat, yakni Mohamad Guntur sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Hanura Jakarta Timur (Jaktim).
Namun, ada pula yang berani muncul ke publik bahkan dengan kesatria mengundurkan diri dari partai karena kebijakan partai tak sesuai dengan hati nuraninya alias akidah.
Hak itu terjadi Ketua Departemen Energi dan Energi Terbarukan DPP Partai Golkar Dedi Arianto. Pilihan Dedi untuk memundurkan diri dari kepengurusan atas pertimbangan yang sangat matang.
Menurut Dedi, sikapnya mengambil langkah ini lantaran tidak bisa menerima keputusan Golkar yang mencalonkan Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta pada 15 Februari 2017 mendatang.
“Surat pengunduran sudah saya kirimkan kepada Sekjen pada hari ini (Senin, 10/10/2016). Keputusan Partai Golkar mendukung Ahok bertentangan dengan aqidah (keyakinan agama) saya,” kata Dedi Arianto.
Pengunduran diri Dedi ini dilandasi oleh sikap Ahok sendiri yang dianggapnya diluar batas kewajaran. Di mana sebelumnya Ahok alias Basuki Tjahaja Purnama telah melakukan penistaan agama terhadap Al-Qur’an Surah Al-Maidah Ayat 51.
Secara nyata pernyataan Ahok terhadap ayat suci itu telah melukai perasaan umat Islam di dunia, khususnya di Indonesia. Sebagai muslim taat, dirinya juga merasakan sakitnya atas ucapan Ahok di Kepulauan Seribu yang diunggah di Youtube, Senin (26/09/2016) lalu.
Dalam video tersebut Ahok mengatakan bahwa Al-Qur’an surat Al Maidah ayat 51 sebagai kitab yang membodohi Umat Islam, “Kalau Bapak ibu ga bisa pilih saya, karena dibohongin dengan surat Al Maidah 51, macem macem itu. Kalo bapak ibu merasa ga milih neh karena saya takut neraka, dibodohin gitu ya gapapa” ujar Ahok.
Dedi menilai, Ahok tidak layak dan tidak pantas didukung oleh Golkar karena telah menyulut isu SARA dan terbukti melakukan penistaan agam. Apalagi, lanjut Dedi, Ahok adalah kader Golkar yang telah lompat pagar saat Pilgub DKI Jakarta 2012 lalu.
Selain itu, kata Dedi, Ahok sebelumnya juga tercatat sebagai kader Golkar dan pindah dari parpol lain selain menjadi anggota DPR dari Fraksi Golkar.
Bukan itu saja, ternyata Dedi mengaku sudah sejak awal dirinya menolak keputusan Golkar mendukung Ahok. Namun, keputusan partai tetap saja mendukung Ahok. Padahal, dalam dukungan Golkar ke Ahok itu, bukan hanya dirinya yang tidak setuju dengan langkah dukungan Golkar kepada Ahok. Tapi dengan berbagai pertimbangan mereka para pengurus partai Golkar itu hanya bisa tunduk pada keputusan ‘penguasa partai’ beringin kuning itu.
“Sebenarnya, banyak yang tidak suku dengan keputusan mendukung Ahok di dalam tubuh Golkar. Bukan hanya saja,” terangnya.
Meski Dedi telah resmi mengundurkan diri dari kepengurusan Dedi. Namun Dedi, tetap mengaku sebagai kader Golkar. Dan ia siap menerima resiko dari konsekwensi dari keputusan yang telah diambilnya ini. Karena dia mengaku lebih memilih akidahnya daripada memilih Ahok yang dikenalnya tidak layan memimpin Jakarta.
“Saya siap dengan segala resiko atas keputusan yang saya ambil ini. Sebab, ini adalah prinsip untuk memegang teguh aqidah, yamng tidak bisa ditawar,” pungkasnya. (HMS)