Ridwan Hisjam: Pendidikan Vokasi Solusi Masa Depan yang Lebih Baik
SEMARANG, Lintasparlemen.com – Fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab”.
Hal di atas diungkapkan kembali oleh Anggota Komisi X DPR RI Ridwan Hisjam pada saat menyampaikan “Orasi Ilmiah dalam Rangka Wisuda ke- 6 Politeknik Kota Malang, Jawa Timur.”
Ridwan menyampaikan pada kesempatan itu, bahwa dalam pasal tersebut, disebutkan tujuan pendidikan nasional antara lain agar peserta didik menjadi manusia yang berilmu, cakap, kreatif dan mandiri.
“Kalimat inilah saya kira yang
memiliki pesan dan mandat perlunya pendidikan vokasi. Sebelum mengurai lebih jauh, perlu dijelaskan apa yang dimaksud dengan pendidikan vokasi. Dalam Penjelasan pasal 15 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas disebutkan bahwa Pendidikan Vokasi merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana,” jelasnya.
Ridwan menegaskan, secara umum, pendidikan tinggi di Indonesia dibagi menjadi 2 kelompok besar. Pertama, Kelompok pendidikan akademik yang dalam proses pendidikan dan pengajarannya memiliki fokus dalam
penguasaan ilmu pengetahuan bagi para lulusannya.
“Kedua, Kelompok pendidikan vokasi lebih menitikberatkan pengajaran dan proses pendidikannya pada persiapan lulusan agar dapat mengaplikasikan keahliannya. Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan dapat menyelenggarakan Pendidikan vokasi dalam berbagai rumpun Ilmu Pengetahuan dan/atau Teknologi,” terangnya.
Sedangkan Politeknik, lanjut politisi Partai Golkar ini, adalah merupakan Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi. Artinya lebih pada penyiapan alumni untuk langsung menerapkan keahliannya.
Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community merupakan Integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antar negara-negara ASEAN yang tujuannya untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian dengan meningkatkan ketergantungan anggota-anggota di dalamnya.
“MEA memfokuskan pada negara-negara di kawasan Asia Tenggara sebagai sebuah wilayah kesatuan pasar dan basis produksi, sebagai kawasan ekonomi dengan tingkat kompetisi yang tinggi, yang memerlukan suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, Intellectual Property Rights (IPR), taxation, dan E- Commerce,” paparnya.
“Selain itu, MEA akan dijadikan sebagai kawasan yang memiliki perkembangan ekonomi yang merata, dengan memprioritaskan pada Usaha Kecil Menengah (UKM). MEA juga akan diintegrasikan secara penuh terhadap perekonomian global,” sambungnya.
“Setelah memahami MEA dan fokusnya, maka saya akan coba melihat terkait peluang dan tantangan yang saya khususkan pada sektor
Ketenagakerjaan. Dengan adanya MEA kesempatan kerja yang luas dengan
berbagai kebutuhan dan keahlian yang beraneka ragam, serta akses untuk pergi keluar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan bisa jadi tanpa ada hambatan tertentu.”
Politisi yang juga pengusaha ini menguraikan, dalam kesempatan, tentu saja ada tantangan. Tantangan yang dimaksud adalah tingkat pendidikan dan produktivitas Indonesia yang masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand, Indonesia berada pada peringkat keempat di ASEAN (Republika Online,2013).
“Setelah kita memahami peluang dan tantangan adanya MEA terhadap sektor ketenagakerjaan, maka bagaimana posisi dan peran pendidikan vokasi, khususnya politeknik. Hal yang harus dilakukan untuk menjawab peluang dan tantangan MEA yaitu terkait peningkatan kualitas SDM Indonesia oleh Perguruan Tinggi, khususnya politeknik,” ujarnya.
Apa yang harus dilakukan agar strategis berjalan sesuai rencana? Ridwan menjelaskan ada beberapa hal yang perlu dilakukan yakni, pertama sosialisasi terus menerus mengenai apa itu MEA, peluang dan ancaman dari MEA itu sendiri.
Kedua, memperbanyak pendidikan vokasi profesi dan kompetensi sehingga menghasilkan tenaga kerja yang lebih siap untuk dunia kerja dan bisa menjawab gap rendahnya tenaga kerja lulusan perguruan tinggi.
“Dalam konteks ini, politeknik kota Malang harus melakukan pembinaan kepada pendidikan vokasi yang ada di bawah politekni yaitu SMK dan akademi komunitas. Ketiga, memperbaiki kurikulum, sistem, fasilitas dan tenaga pendidikan. Sehingga semuanya bisa saling mendukung dan adaptif dengan kondisi agar bisa memproteksi ancaman masuknya tenaga kerjaluar yang lebih potensial dan berkualitas serta mengisi pasar ekonomi/industry yang terbuka luas,” jelasnya. (Suryadi)