Ranu, Jurnalis Panjimas Ditangkap Polisi Layaknya Menangkap Teroris!
SURAKARTA, Lintasparlemen.com – Seorang jrnalis Tabloid Panjimas bernama Ranu Muda Adi Nugroho. Ranu begitu biasa disapa ditangkap polisi terkait aksi sweeping restoran Social Kitchen, Solo, Jawa Tengah, Ahad (18/12/2016) lalu.
Dan Ranu ditangkap aparat karena dianggap telah terlibat melakukan propaganda dalam aksi sweeping tersebut.
Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rikwanto pada keterangannya, Jumat (23/12/2016), Ranu Muda adalah rekan dari kelompok yang melakukan perusakan dan penganiayaan saat sweeping Social Kitchen pada hari kejadian itu.
Polisi yang menangani kasus itu menyebut ada 9 orang terluka dan sejumlah barang rusak akibat sweeping itu. Dan kini Ranu sudah dibawa ke Mapolda Jateng untuk diperiksa tim penyidik.
Namun, yang menjadi masalah adalah proses penangkapan Ranu. Karena menurut istri Ranu, Nuraini bahwa suaminya dibawa aparat layaknya seorang teroris tanpa ada kompromi sedikitpun. Bahkan untuk ke kamar kecil pun tak diizinkan.
Berikut kesaksian istrinya Ranu, Nuraini yang diterima lintasparlemen.com yang menjadi viral di WhatsApp:
Kesaksian istri Ranu Muda Adi Nugroho
Hari rabu malam (21 Desember 2016) ±pukul 12.10 WIB. Kediaman kami di Ngasinan, Grogol, Sukoharjo, tiba-tiba kedatangan tamu yang memang membuat kami berdebar hati.
Pintu gerbang didorong-dorong, dan berteriak-teriak, “Buka!!”
Suami saya (Ranu Muda Adi Nugroho) bangun dari tempat tidur dan bersegera membuka pintu. Tapi sebelum itu suami menyalakan lampu dan ketika akan mengambil kunci pintu, ada polisi yang bilang “Jangan Bergerak” atau “diam di tempat”, saya kurang dengar karena masih di kamar bersama anak-anak.
Akhirnya, saya bangun dan anak pertama saya juga ikut bangun. Anak pertama kami menyaksikan Abinya diborgol, ada banyak polisi. Yaa, Allah….
Akhirnya suami disuruh masuk ke dalam yang sebelumnya keluar, disuruh mengambil bukti-bukti yang kemarin dipakai. Putri saya, saya suruh masuk dan tidur, dia takut seperti mau menangis melihat Abinya dibegitukan.
Ada salah satu polisi yang tidak berseragam, omongannya menurut saya kasar. Salah satu polisi bertanya kepada suami, suami menjawab malah dimarahi, “ngrusak tatanan” begitu dia bilang.
Polisi yang masukrumah semua tidak berseragam hanya memakan rompi hitam dan seperti bau rokok dan badannya besar2.
Rumah dikepung dengan polisi berseragam dan mobil besar hitam entah ada berapa.
Beberapa polisi ramah karena suami mau bekerjasama, hanya polisi yang tadi yang terus memarahi suami. Surat penangkapan tidak diberikan di awal tetapi ketika semua barang bukti dibawa, baru diperlihatkan tidak diberikan “Besok kami kirim,” katanya.
Sampai suami digiring ke mobil, putri saya keluar menyaksikan mobil yang membawa Abinya pergi dan bertanya, Umi, kemana Abi? “Liputan”, jawab saya.
Hal ini membuat saya cemas, karena ketika dibawa polisi suami saya hanya pakai kaos lengan pendek dan celana futsal. Suami ingin ganti baju dan ke toilet tapi tidak boleh. Ya, Allah..
Tulisan ini saya buat sesuai dengan apa yang saya lihat dan saya dengar. Insya Allah.
Semoga Allah menolong umatnya yang membela agamaNya, melakukan amar ma’ruf nahi munkar demi tegaknya Islam.
Allahu Akbar!
Surakarta, 22 Desember 2016
(Materai 6000)
(Nuraini)
#SaveRanu
#StopTerorisasiMuslim