Bahaya Benih Konflik SARA di Indonesia, Ini Pesan Politisi Golkar DPR RI!
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Akhir-akhir ini bangsa Indonesia terus mendapatkan ujian berat, khususnya terkait isu SARA (suku agama ras dan antar golongan) yang diembuskan oleh pihak yang tak bertanggungjawab.
Alasan itu, Anggota Komisi VI Idris Laena tak bosan-bosannya mengingatkan kepada seluruh komponen bangsa untuk menjaga persatuan Indonesia, di era keterbukaan ini.
Menurut Idris, sekecil apapun isu SARA itu harus tetap diwaspadai. Sesuai dengan sejarah perjalanan sebuah bangsa yang pernah mengalami konflik SARA, tak pernah yang ada meraih kejayaan atau survive.
“Dulu kita kenal istilah devide it empera. Dan benar saja bahwa yang terjadi seolah-olah ada agenda terselubung untuk memecah belah kekuatan bangsa dengan menggunakan isu sara,” terang Idris seperti dikutip web resmi DPR RI, Jakarta (3/1/2017) kemarin.
Politisi Golkar itu juga mencermati pandangan masyarakat London yang menilai kondisi perekonomian Indonesia yang dianggapnya terlalu liberal dan kebebasan berpendapat yang sudah terlalu longgar, tanpa ada ruang yang disebut batasan berpendapat.
“Bahkan menurut mereka, di Eropa sendiri masih ada rambu yang membatasi orang berpendapat. Sehingga persoalan hukum dan kebijakan politik, tidak bisa diintervensi oleh siapapun atas nama publik. Apalagi sekedar opini yang mengatas namakan rakyat,” terangnya.
Ia menceritakan, masyarakat London memiliki gambaran tersediri bahwa jika Pemerintah Indonesia terus melakukan pembiaran seperti ini. Di kemudian hari, lanjutnya, tidak tertutup kemungkinan bisa dimanfaatkan kebebasan itu dengan melakukan adu domba untuk kepentingan kelompok dan golongan.
Idris pun memberi gambaran kondisi Timur Tengah saat ini diintervensi oleh pihak untuk memuluskan kepentingan pihak tak bertanggungjawab sehingga menimbulkan konflik berkepanjangan yang belum memiliki tanda-tanda akan terselesaikan.
“Menurut saya, pandangan tersebut memang perlu diwaspadai. Karena kalau melihat sejarah bangsa-bangsa yang pernah mengalami konflik pada akhirnya tidak pernah ada yang bisa survive kembali. Jika kemudian ditunggangi oleh negara besar yang berkepentingan maka sudah pasti menjadi bangsa yang gagal seperti yang terjadi di Afganistan, Irak, Yaman dan sekarang yang menjadi perhatian adalah perang antar saudara yang ditunggangi oleh negara lain yaitu di Syria,” jelasnya. (SHM)