Zumi Zola Mengamuk, Anggota DPR: Mereka Itu Rakyat Juga yang Harus Diayomi
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Anggota Komisi II DPR RI Arteria Dahlan angkat suara terkait sikap Gubernur Jambi Zumi Zola yang mengamuk, bahkan sempat berteriak, memukul meja, hingga menendang tong sampah, di RSUD Raden Mattaher. Jumat (20/1/2017) pukul 01.00 WIB dini hari kemarin.
Zumi Zola merasa kesal karena petugas yang berjaga malam itu sedianya siaga. Namun para petugas di RSUD kedapatan tertidur pulas. Bagi Arteri, sikap itu tak layak dilakukan bagi seorang gubernur sebagai kepala tertinggi di provinsi itu.
“Ya saya baru dapat laporan, kurang pas seorang gubernur Jambi Zumi Zola bersikap seperti itu, ini preseden buruk. Saya juga tidak tahu maksud tujuan dan efektifitasnya sejauh mana. Beliau kan gubernur, kepala pemerintahan daerah tertinggi berdasarkan UU, punya alat kelengkapan daerah termasuk inspektorat, baperjakat dan bahkan kepala rumah sakit pun beliau yang tentukan,” jelas Arteria pada lintasparlemen.com, Sabtu (21/1/2017).
Menurut Arteria, jika ada yang tidak beres di bawah struktur kepemimpinannya di wilayah Jambi, sebaiknya memanggil pejabat yang bersangkutan. Jika mereka tak menghindahkan perintah atasanny sebaiknya dicopot saja.
“Beliau bisa panggil, tegur dan mengganti kepala rumah sakit, beliau bisa perintahkan inspektorat untuk lakukan pengawaasan, penyimpangan pidana bisa minta bantuan Polda dan Kejaksaan, bisa menggandeng Ombudsman Jambi untuk melakukan pengawasan,” jelas Arteria.
“Bukan sebaliknya, tenaga medis di sana itu kan mereka pegawai, ikut atasan, kalau yang di atasnya tertib dan disiplin biasanya ke bawahnya pun berdisiplin dan tertib. Tegur saja direktur RSUD-nya kalau pun terbukti pecat atau ganti saja tapi bukan seperti itu,” sambungnya.
Politisi PDIP ini menilai, dengan sikap begitu Zumi Zola seperti itu telah merendahkan kapasitasnya sendiri sebagai seorang gubernur yang harus mengayomi semua pihak.
“Kalau pelayanan publiknya buruk, tidak langsung yang disalahkan aparaturnya, lihat dulu bagaimana postur aparatur. Saat ini seorang aparatur pelayan publik atau tenaga medis dibebankan untuk melayani banyak orang yang melebihi standar. Belum bicara statusnya, kesejahteraannya, jaminan kerja dan jaminan purna tugas. Mereka kebanyakan honorer yang kita semua cenderung melupakan kesejahteraannya, belum lagi kalau kita bicara mafia aparatur, jangan-jangan proses rekruitmen di RSUD itu bermasalah dan bertendensi KKN, belum bicara fasilitas standar pelayanan bagi aparatur,” paparnya.
Ia mengungkapkan, para pekerja di RSUD tidak bisa tuntut sempurna di tengah keadaan mereka yang serba penuh kekurangan. Harusnya, lanjut Arteria, Gubernur yang mengayomi tenaga medis di RSUD itu.
“Mereka itu kan rakyatnya juga. Saya yakin Guberbur Jambi ini tujuannya baik, tapi caranya saja yang tidak tepat, beliau tokoh muda, dimaklumi semangatnya diapresiasi tapi ke depan harus lebih hati-hati lagi. Dan orang di sekitar Gubernur ini harus cermat dan jeli untuk memberi masukan dan mengawal beliau ke arah yang lebih baik lagi,” terangnya.
Arteria menyampaikan kritik membangun ini bukan untuk mendiskreditkan Zumi Zola. Namun untuk membuatnya lebih baik lagi. Apalagi Zumi Zola dengan dirinya, sama-sama orang melayu yang punya peradaban tinggi.
“Beliau bisa jadi tokoh besar ke depan, secara biologis terlahir dari keluarga yang sangat dihormati dan cukup disegani, beliau juga sudah berpengalaman menjadi bupati. Jalan masih panjang karirnya bisa cemerlang, jangan pula diikuti gaya cowboy para kepala daerah yg sempat populer beberapa tahun belakangan ini,” ujarnya.
Di akhir pesannya, Arteria menyampaikan pribahasa orang Melayu. “Ada pepatah alun takilek lah takalam, menegur tanpa perlu berucap sekalipun ini akan adat dan budaya kita yang begitu hebatnya. Saya juga meminta agar kejadian ini jangan menjadi polemik,” pungkas Arteria. (HMS)