Debat Membedakan Karakter
Oleh: Masykurudin Hafidz,
Dalam debat kedua Pilkada DKI Jakarta, semakin memperlihatkan keunggulan masing-masing pasangan calon. Keunggulan komparatif antar pasangan calon sangat terlihat dalam debat kedua ini saat menyampaikan gagasan pembenahan birokrasi Jakarta dengan cara pandangnya masing-masing.
Keunggulan kompetitif juga terlihat ketika pasangan calon memberikan koreksi dan kritik terhadap persoalan yang dihadapi warga Jakarta.
Dibanding debat pertama, jawaban pasangan calon terhadap pertanyaan yang diajukan juga lebih memenuhi unsur rencana pembangunan jangka panjang daerah yang menjadi dasar penyusunan dokumen visi, misi dan program pasangan calon yaitu mendasarkan pada kondisi yang terjadi, perencanaan pembangunan dan durasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya.
Masing-masing pasangan calon menyampaikan visi, misi dan program terhadap kemajuan Jakarta. Perbedaan terjadi pada bobot materi yang diungkapkan dan tekanan pembicaraan yang disampaikan. Dalam setiap segmen, masing-masing pasangan calon memberikan bobot yang berbeda, ada yang menekankan pada visi, ada yang menitikberatkan pada misi dan ada yang mengunggulkan rencana program.
Dalam menyajikan data-data, terjadi perbandingan yang cukup kentara antara data keseluruhan dengan temuan konkret lapangan. Penyajian data global dihadapkan langsung pada praktik yang terjadi dilapangan. Progres kemajuan daerah Jakarta dikoreksi langsung dengan fakta lapangan.
Dengan demikian, topik reformasi birokrasi dan pelayanan publik dapat debat ini dapat ditangkap secara baik oleh masyarakat Jakarta. Selain dapat membedakan masing-masing program pasangan calon sebagai pertimbangan memilih, masyarakat Jakarta juga dapat membedakan karakter masing-masing calon. Perbedaan karakter dalam debat memberikan tambahan pertimbangan warga Jakarta untuk menentukan pilihan dan menilai pola kepemimpinan Jakarta kedepan.
[12/1 15.54] Masykuruddin Hafidz Jppr: Debat Menguji Dokumen Visi Misi.
Seluruh pasangan calon menyampaikan visi, misi dan program pada saat mendaftarkan diri untuk ikut Pilkada. Bagi pasangan calon dari partai politik atau gabungan partai, dokumen visi misi adalah bagian penting untuk membunyikan gagasan partai politik tersebut terhadap kemajuan daerah melalui pasangan calon yang diusungnya. Suara pasangan calon mencerminkan juga gagasan garis ideologi dan kebijakan partai politik pengusung.
Begitu pentingnya dokumen visi, misi dan program menjadi bahan debat bagi pasangan calon karena dokumen inilah yang menjadi acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Daerah selama lima tahun kepemimpinan.
Dengan demikian, debat adalah tempat menguji ketajaman visi, misi dan program tersebut. Jika selama ini masyarakat pemilih bertemu langsung dengan pasangan calon, informasi yang diterima hanya satu jalur. Tetapi melalui debat, dengan mempertemukan seluruh pasangan calon dalam satu tempat, maka masyarakat pemilih dapat membandingkan secara langsung satu pasangan calon dengan pasangan calon lainnya secara bersamaan.
Oleh karena itu, debat akan semakin baik jika tidak hanya mengukur kemampuan paslon dalam cara menjawab pertanyaan dan merangkai kata, tetapi yang lebih penting sejauhmana gagasan menjadikan daerah yang lebih baik tercantum dalam dokumen visi, misi dan program lebih dirasakan oleh masyarakat pemilih.
Sehingga dengan begitu, pemilih semakin yakin untuk datang ke TPS menentukan pilihannya. Berdasarkan gagasan yang disajikan oleh pasangan calon dalam debat ini.
Memantapkan Pilihan, Berpotensi Meningkatkan Partisipasi
Debat perdana Pilkada Jakarta berlangsung dinamis. Masing-masing pasangan calon memperlihatkan kemampuan yang optimal dalam menyampaikan visi, misi dan program-programnya. Kritik dan respon antar pasangan calon juga berlangsung seru sehingga mempertajam uraian yang disampaikan.
Perbedaan pendapat dan cara pandang dalam menyelesaikan persoalan Jakarta sangat terlihat dalam proses debat sehingga masyarakat pemilih Jakarta dapat membandingkan secara langsung posisi antar pasangan calon tersebut.
Antusiasme masyarakat Jakarta, juga daerah lainnya, juga terlihat dalam menyaksikan debat ini. Beragam aktivitas masyarakat memastikan agar tidak melewatkan momentum ini dengan cara mulai dari nonton bareng di posko pemenangan, kantor partai politik, warung-warung, tempat publik hingga sangat aktif melakukan respon dan analisis dengan menggunakan media sosialnya masing-masing. Tingginya tingkat perbincangan di media sosial menunjukkan perhatian yang sangat tinggi.
Bagi masyarakat Jakarta yang mempunyai hak pilih, proses debat ini semakin memantapkan pilihannya dengan mencatat janji-janji politik yang akan ditagih pada saat pasangan calon terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur Jakarta.
Dalam arti yang lain, tingginya antuasisme masyarakat Jakarta terhadap debat ini juga meningkatkan partisipasi dan berpotensi mengurangi Golput. Bagi masyarakat pemilih Jakarta yang belum menentukan pilihan, setidaknya ini menjadi informasi tambahan untuk semakin tertarik lantas tergerak menggunakan hak pilihnya di TPS nanti.
Bagi masyarakat non pemilih Jakarta, setidaknya ini dapat memberikan pendidikan politik terkait perbedaan pandangan dalam menyelesaikan persoalan. Perbedaan pendapat menjadi pelajaran penting bagi kita bahwa dalam menyelesaikan persoalan tidak dengan cara yang tunggal. Penghormatan terhadap perbedaan pandangan dijadikan modal untuk membangun persatuan dan solidaritas bersama.
Mewujudkan Penyelenggara Pemilu Ideal
Tes Kesehatan, Dinamika Kelompok dan Tes Wawancara akan berlangsung hingga 26 Januari lalu. Sebanyak 36 calon anggota KPU dan 22 calon anggota Bawaslu akan menjalani serangkaian tes tersebut.
Bila didasarkan pada latar belakang calon, 36 calon anggota KPU sebagian besar berlatar belakang petahana penyelenggara yaitu sebanyak 28 calon (78 persen). Selebihnya berlatar belakang akademisi sebanyak 5 calon (14 persen) dan Pegiat Pemilu sebanyak 3 calon (8 persen).
Sementara latar belakang Bawaslu sebagian besar berlatar belakang petahana penyelenggara yaitu 12 calon (54 persen) dan akademisi yaitu 7 calon (32 persen). Selebihnya dari kalangan Pegiat Pemilu sebanyak 2 calon (9 persen) dan PNS 1 calon (5 persen).
Peyelenggaraan pemilihan umum mendatang tidak mudah. KPU dan Bawaslu baru langsung dihadapkan pada pelaksanaan Pilkada serentak ketiga yang diikuti oleh banyak propinsi besar dan persiapan pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Presiden yang direncanakan serentak.
Setelah menunjukkan kapasitas individu sebagai syarat utama penyelenggara Pemilu yang berintegritas, calon anggota KPU Bawaslu perlu diperhatikan secara berkelompok untuk mewujudkan pengelolaan lembaga publik dengan baik. Maka, serangkaian tes ini diarahkan untuk menghasilkan penyelenggara Pemilu yang solid, kombinatif dan representatif.
Melalui tes tahap III ini dengan materi dinamika kelompok dan wawancara, arah mewujudkan calon anggota KPU dan Bawaslu yang berintegritas semakin dapat diwujudkan. Kompetensi antar satu calon dengan calon lainnya terwujud dalam komposisi penyelenggara Pemilu yang saling mengukuhkan satu sama lain sebagai wujud soliditas kebersamaan, mencerminkan keragaman baik kapasitas, umur, pengalaman dan latar belakang termasuk laki-laki perempuan serta mampu berkomunikasi dan bersinergi dengan para pemangku kepentingan Pemilu baik didalam maupun diluar lembaga.
Aspek nilai kompetensi yang terwujud dari proses seleksi ini menentukan. Untuk mewujudkan penyelenggara Pemilu yang solid, kombinatif dan representatif dalam melaksanakan tahapan penyelenggaraan yang lebih berkualitas.
Penulis: Koordinator Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)