Adies: Per 1 Maret Eksportir Wajib Simpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Dlam (SDA) di Bank nasional

 Adies: Per 1 Maret Eksportir Wajib Simpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Dlam (SDA) di Bank nasional

JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar Dr. Ir. H. Adies Kadir, SH, MHum mengatakan mulai tanggal 01 Maret 2025 eksportir nasional wajib menempatkan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) di dalam sistem perbankan nasional selama setahun. Adies mengaskan, itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025 yang telah ditandatangani oleh Presiden Prabowo Subianto 17 Febriari 2025 lalu.

“Per 1 maret 2025 eksportir nasiobal wajib menempatkan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) di sistem perbankan dalam negri selama 12 bulan, Sesuai yang di umumkan oleh presiden Prabowo,” Ucapnya sebagaimana dikuti dari Instagramnya Adies Kadir pada Kamis (27/2/2025).

Sebagai informasi, PP Nomor 8 Tahun 2025, pemerintah menetapkan bahwa eksportir di sektor pertambangan (kecuali minyak dan gas bumi), perkebunan, kehutanan, dan perikanan wajib menempatkan 100 persen DHE SDA dalam sistem keuangan nasional selama 12 bulan dalam rekening khusus di bank nasional. Di mana kurs rupiah sudah melemah sekitar 1,3 persen (ytd) terhadap dolar AS. Padahal, lazimnya pelemahan rupiah baru terjadi pada triwulan II saat kebutuhan terhadap dollar AS meningkat untuk pembayaran utang valuta asing dan repatriasi deviden.

Dalam jangka menengah dan panjang, kebijakan DHE SDA dapat meningkatkan likuiditas di sistem keuangan nasional secara signifikan. Dalam hal ini, Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan tiga instumen baru untuk menampung, yaitu Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI), dan FX Swap Valas. Tiga instrumen tersebut akan melengkapi instumen DHE SDA eksisting yaitu penempatan di rekening khusus dan term deposit valas. Tambahan instrumen baru tersebut didesain agar likuiditas dari DHE SDA dapat mengalir dan berputar di pasar hingga ke sektor riil. Dengan tingginya likuiditas, diharapkan suku bunga dapat menurun sehingga permintaan dan pertumbuhan kredit nasional dapat terkerek naik.

Menurut Adies, Kebijakan ini diperkirakan dapat menambah cadangan devisa 100 miliar dollar AS per tahun, memperkuat ketahanan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global. Kebijakan tersebut, kata Adies, sangat menguntungkan sistem perekonomian nasional.

”Dengan cadangan devisa yang tinggi ,nilai tukar rupiah lebih stabil , inflasi lebih terkendali ,serta likudasi perbankan meningkat ,yang berpotensi menurunkan suku bunga kredit bagi masyarakat,” terang Adies.

Ketua Umum DPP Ormas MKGR ini menegaskan, dengan tambahan cadangan devisa dari DHE SDA tersebut maka kurs rupiah diharapkan akan lebih stabil di kisaran target APBN 2025 di level Rp 16.000 per dolar AS. Ia menjelaskan, sebelum ini, banyak pengamat yang memproyeksi nilai tukar rupiah berisiko melemah hingga menembus batas psikologis Rp 17.000 per dolar AS.

“Dengan kurs yang stabil, diharapkan imported inflation, imbas dari kebijakan negara-negara ekonomi utama yang tengah bergelut dalam perang dagang, juga dapat diminimalisir. Dengan demikian, stabilitas harga di dalam negeri akan tercapai sesuai target inflasi APBN 2025 di angka 2,596,” tegas Adies.

Bahkan dengan kurs rupiah yang stabil sesuai target, sambung Adies, Indonesia berpotensi mendapat berkah dari tren penurunan harga minyak mentah dunia. Ia menilai, penurunan harga minyak mentah dunia ini dapat menghemat kebutuhan subsidi dan kompensasi energi yang anggarannya mencapai Rp 394,3 triliun.

“Penghematan tersebut dapat mendukung kebijakan efisiensi Presiden Prabowo dari anggaran Non-K/L APBN 2025 sebesar Rp 300 Triliun,” ujarnya.

Lebih lanjut, Adies menerangkan, secara jangka pendek manfaat dari kebijakan DHE SDA ini dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, yaitu adanya peningkatan ketahanan perekonomian nasional. Ia mengungkapkan, kondisi di dalam negeri di tengah kondisi  ketidakpastian global yang tinggi, nilai tukar rupiah menjadi variabel yang paling rentan mengalami gejolak.

“Dengan pertumbuhan kredit yang tinggi, maka target pertumbuhan ekonomi mencapai 8 persen pada tahun 2029 bukanlah suatu hal yang mustahil,” pungkas Adies.

 

Facebook Comments Box