Ahok Mengadu-domba Inter PDIP, Dukungan PDIP Makin Menjauh?
JAKARTA, Lintasparlemen.com – Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira angkat suara terkait klaim incumbent Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mendapatkan restu dari Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri berpasangan dengan Djarot.
Respon keras Andreas itu menilai Ahok menjalankan praktik politik licik, mengadu domba, dan memecah belah internal PDIP pada momen Pilgub DKI ini.
Andreas semakin lantang mengungkapkan bahwa sebenarnya Ahok tidak membutuhkan parpol seperti yang sudah-sudah. Apalagi Ahok dianggap hanya menggunakan parpol sebagai ‘kuda tunggangan’ untuk mendapatkan tunggangan.
“Cara berpikir Pak Ahok sangat pragmatis, semua cara bisa digunakan, entah itu ‘Teman Ahok’, entah itu parpol atau apapun alat yang digunakan yang penting adalah dia berkuasa. Setelah berkuasa dan dirasakan tidak ada manfaatnya lagi maka dengan mudahnya Ahok akan mencampakan ‘alat’ yang pernah digunakan untuk meraih kekuasaan,” kata Andreas dalam keterangannya dikutip dari detik.com, Minggu (21/08/2016).
Apa yang dikatakan Andreas itu sangat masuk akal jika dilihat dari track record alias rekam jejak politik Ahok selama berkarir di dunia politik. Termasuk saat dan selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta itu memulai karir dari Partai Indonesia Baru untuk menjadi Bupati Belitung Timur, lalu berjalan bersama Golkar saat menjadi anggota DPR RI.
Kemudian, Ahok bersama Gerindra ketika menjadi Wagub DKI dan kemudian keluar dari partai tersebut.
“Menjelang pilgub 2017, Ahok membentuk Tim Sukses Teman Ahok untuk melalui jalur perseorangan dan berkoar-koar sudah mengumpulkan 1 juta KTP. Belum sempat bereksperimen dengan jalur perseorangan Ahok sudah loncat lagi mencari dukungan dari parpol, bahkan dari parpol yang pernah dengan mudah ditinggalkan pada 2012,” ujar anggota DPR ini.
Saat Ahok yang sudah mengantongi dukungan 3 parpol. Malah Ahok masih mengharapkan usungan PDIP. Sikap ini dianggap Andreas sebagai upaya mengadu domba kader PDIP dan terlihat aneh.
“Pola yang dipakai Ahok mengadu domba, memecah belah antara kader dengan kader, bahkan Ahok dengan licik mencoba mengadu domba antara Djarot dengan partainya PDIP, berlindung di balik ‘ceritanya’ tentang dukungan dari Ketum PDIP,” terang Andreas.
Andreas menilai Ahok sedang memainkan politik memecah belah. Dengan rekam jejak tersebut, Andreas menganggap partai-partai termasuk PDIP harus pikir-pikir lagi bila ingin mengusung Ahok.
“Dengan track record loyalitasnya yang buruk, political tricky-nya yang sangat licin, saya kira bukan hanya PDI Perjuangan yang perlu berpikir ulang untuk mengusung Ahok, parpol-parpol yang sudah mendukung pun perlu berpikir lagi untuk dukungannya pada Ahok, kalau tidak hendak menjadi korban pragmatisme Ahok,” tutupnya. (detik.com)
