Alasan ISIS Wanita Hijabers Tim Robot Kompetisi Internasional Ditolak Masuk Amerika?
JAKARTA – Hampir di seluruh lini sektor kehidupan wanita muslimah yang dikenal dengan busana menutup aurat disebut hijabers telah mampu menunjukkan eksistensinya di bidang teknologi.
Seperti dikutip detik.com, enam orang remaja wanita berhijab asal Herat, kota di sebelah barat Afghanistan. Kini para wanita itu bisa menguasai berbagai bidang teknologi termasuk di antaranya membuat robot.
Bahkan luar biasanya, hal itu diraihnya saat usia mereka masih sangat belia. Mereka berada dalam tim remaja yang sudah ikut berkompetisi di ajang robot internasional.
Kehebatan keenam hijabers muda itu terlihat saat berhasil membentuk tim pembuat robot pemilah bola. Penemuan mereka akan diadu dengan robot lainnya di kompetisi internasional FIRST Global Challenge yang dihelat di Washington D.C, Amerika Serikat.
Tapi sayangnya, keenam remaja itu tak bisa menghadiri kompetisi tersebut karena visa mereka sudah dua kali ditolak oleh pihak pemerintahan AS. Yang jadi pertanyaan, mereka telah terdaftar sebagai peserta di kompetisi internasional itu.
Apa alasan pihak AS menolak mereka? Mereka berenam itu padahal ingin mengikuti ajang bergengsi bertatap internasional itu.
Ternyata, keenam hijabers ini dua kali ditolak masuk Amerika Serikat usai mereka mengajukan visa bisnis untuk bertanding di kompetisi itu selama kurang lebih tujuh hari lamanya. Mereka dengan berjalan kaki ketika datang ke kedutaan Amerika dari Afghanistan dengan jarak tempuh yang sangat jauh.
Pada penolakan pertama kali, mereka tidak begitu saja menyerah. Para hijabers muda itu kembali lagi dan berharap bisa melakukan wawancara di ajang itu. Sayangnya mereka ditolak kembali masuk ke Amerika.
Menurut Forbes, visa ke Amerika dari Afghanistan memang sangat sulit diperoleh. Sementara berdasarkandata di Departemen Luar Negeri, hanya 32 visa yang bisa dikeluarkan tahun lalu.
Alasannya, teror ISIS atas penyerangan kaum ekstremis termasuk peraturan rezim Donald Trump menyebabkan para hijabers berprestasi itu tak bisa unjuk gigi di ajang kompetisi sains robotika bertarap internasional.
Sebagai informasi, bukan peserta hijabers dari Afghanistan itu saja yang dilarang masuk ke Amerika Serikat. Tim asal Gambia juga ikut dilarang masuk karena belum memperoleh visa. Sementara tim robotika lainnya dari negara lain serupa seperti Iran, Irak, dan Sudan, sudah masuk Amerika.
Hal itu membuat wanita pertama di dunia teknologi Afghanistan sekaligus CEO Afghan Citadel Software Company Roya Mahboob, menyampaikan rasa kecewa dengan dengan kejadian itu. Roya mengaku sangat sedih melihat enam hijabers itu yang menangis karena belum bisa berangkat ke Amerika. (HMS)