Andreas Hugo Pareira: Perlu Ada Perubahan Paradigma pada Pembahasan RUU Kepariwisataan

 Andreas Hugo Pareira: Perlu Ada Perubahan Paradigma pada Pembahasan RUU Kepariwisataan

JAKARTA – Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira menilai perlu adanya perubahan paradigma dalam penyusunan RUU terkait perubahan Undang-Undang (UU) Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan.

“Ini yang menjadi suatu problematika yang saat ini sedang dihadapi. Persoalan seperti ini perlu dihindari,” kata Andreas kepada wartawan saat melakukan kunjungan kerja ke Denpasar, Bali, Jumat (28/6/2024) seperti dikutip situs DPR RI.

Menurut Andreas, perubahan tersebut terkait bagaimana dari yang bersifat wisata yang berorientasi pada jumlah (mass tourism) menjadi wisata yang berorientasi pada kualitas (quality tourism), sebagaimana menjadi titik berat dalam perubahan UU tersebut.

Karena itu, menurut Andreas, penting untuk mengetahui perkembangan pariwisata yang ada di Bali. Sebab, menurutnya, Bali sejauh ini memberikan kecenderungan ruang yang sangat terbuka kepada pihak-pihak luar untuk datang dengan menggunakan prinsip mass tourism. Dampaknya, pihak-pihak luar yang datang, tinggal bahkan bekerja untuk mencari nafkah.

“Jangan sampai menjadi tren yang berkembang di Indonesia. Karena itu ini menjadi salah satu perhatian yang ada saat ini di dalam UU Kepariwisataan yang sedang dilakukan revisi. Bali akan menjadi salah satu barometer untuk melihat bagaimana pergeseran paradigma RUU yang sedang disusun Komisi X DPR RI,” ujar Andreas.

Lebih lanjut, Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini menjelaskan perubahan paradigma jauh lebih penting jika dilihat bagaimana wisatawan datang, lamanya mereka tinggal (lenght of stay), serta berapa banyak uang yang dikeluarkan. Hal itu lebih relevan daripada melihat banyak orang yang datang justru mereka datang bukan memberikan kontribusi pariwisata, tapi malah justru hidup dari kepariwisataan.

“Selama ini kita banyak mendengar di berbagai daerah, salah satunya Bali, (yang wisatawannya) tidak hanya datang untuk berwisata namun mereka menetap di sini dan juga mencari nafkah di kepariwisataan kita. Bahkan mereka menjadi benalu bagi kepariwisataan. Bukan menjadi turisme untuk hidup memberikan kontribusi terhadap kepariwisataan di Indonesia akan tetapi menjadi problematika yang dihadapi saat ini,” jelasnya.

Facebook Comments Box